silent note

By Afrilia Utami - October 28, 2012


setiapkali saya menjamahmu,
tiap kali itu juga
saya seperti menemukan
bagian dari diri saya.

dan kita menjadi sederharna begitu saja
di antara angin yang mengapuk
dan lorong bawah tanah yang longsor.
mungkin saya dapat menyetarakan
komposisi biloks-biloks agar seimbang.
namun, belum tentu saya dapat menjamin
ia seimbang dengan keadaan sebenarnya.

kamu yang baik hati
yang suka membuat saya tersenyum
kemudian melupakan hari pembolosan
di detik-detik persiapan reformasi baru.
saya dan kamu lebih suka berdiri
menukar; ini dua mata yang suka melihat
apalagi sepasang matamu yang keemasan.

kita jarang melihat lebih dekat
musim apa kini?
hujan turun tapi tertahan di awan ke dua.
dan pohon menggugurkan daunnya
dan yang gugur kering 
memeluk tanah
dengan
amat mesranya ; daun segar yang mati dengan senyuman.

05 Oktober 2012

  • Share:

You Might Also Like

0 comments