catatan si bisu

By Afrilia Utami - October 28, 2012


namaku annisa, ya aku seorang wanita. lahir di kota tasikmalaya, yang masih perlu diberi mainan yang dibuat dari tanah atau mainan yang dibelikan oleh orang-orang yang peduli dengan kami. beberapa orang di sini baik mau mendengar kami. kakak itu selalu mengajakku bermain, "ambillah pensil ini, kertas ini, krayon ini." kata satu kakak manis itu, mungkin agar aku bisa menggambarkan sesuatu. tentang mimpiku. aku berusia 12 tahun, di usia sejauh ini aku belum dapat membacakan puisi WS. Rendra yang berjudul IBU, andai aku punya ibu. aku suka puisi dan menggambar, tapi aku tidak bisa bernyanyi "ada cicak-cicak di dinding diam-diam merayap". aku perempuan bisu, tapi aku masih dapat melihat bagian yang disebut indahnya hidup. meski si bisu ternyata tuli, dan aku telah lama tumbuh dengan sunyinya. tapi sunyi tidak mengajarkanku untuk diam terus, pura-pura mati dan mengakhiri nyanyian beta, tentang pertiwi.

aku suka melihat awan. kadang ia sepertiku, ingin bebas bergerak dibawa angin yang bersahaja. aku dan awan, kadang warnanya putih, kadang abu, kadang melunturkan banyak guntur dan hujan besar. aku memiliki teman-teman, tapi kadang aku iri dengan mereka. tidak semua teman-temanku mengerti, aku butuh ditemani. sebagian dari anak-anak sebayaku menjauhiku, lantas berkata "hei si anak bisu!". aku ingin menangis tiap memikirkan mengapa Tuhan menciptakanku berbeda dengan mereka. tapi masalah hati, Tuhan menanamkan itu pada ciptaan-Nya. jika boleh aku berbicara pada Tuhan, mungkin akan kukatakan "Tuhan, mengapa aku berbeda? mengapa hidup ini selalu membeda-bedakan nasip seseorang. aku ingin dapat berbicara, seperti lainnya. mereka tertawa, aku ingin mendengarnya. mereka bernyanyi, aku ingin ikut dalam nyanyiannya. Tuhan, bekalilah aku satu malaikat yang menemaniku tiap saat. agar aku tak selalu merasa kau menyembunyikanku secara terang-terangan di hidup ini. dan, Tuhan... aku ingin ibu tahu.. aku ingin menemuinya lagi.". 

aku memang miskin, hidupku ditanggung oleh bibi yang tiap hari tiap malam berjualan di pasar. aku sendiri, berhenti untuk memikirkan bagaimana rasanya menjadi anak sekolahan. mengerti banyak cerita tentang penemuan, peristiwa, dan ilmu lainnya, aku ingin mengenal Tuhan lebih dekat. tapi aku tahu, waktu bergerak dan ia terus begitu oleh jari mungilku yang suka terjatuh tapi ia tertahan untuk tetap bangkit menahan macam kesedihan.

setiap pagi, kakak-kakak datang ke saung itu. saung aku dan teman-teman lain yang kurang beruntung dapat belajar di sana. belajar menjadi anak yang pandai bermain, belajar untuk ceria bagi aku yang bisu dan tuli. kata kakak itu, Tuhan begitu adil. aku suka menundukan kepalaku, bukan menganggap ia salah. namun aku bertanya, "Tuhan bagaimana dapat aku merasakan adil dalam keadaan sepertiku?" tapi kata Tuhan aku harus terus tersenyum, kata bibi Tuhan suka dengan senyuman.

jika boleh, aku ingin sekali sehari saja bisa berbicara pada dunia "aku siap merubah dunia!".
jika boleh, aku ingin sekali dapat mendengar "hari ini visi kita merebut kemerdekaan dari tangan-tangan yang mengurung nasibnya di neraka!"

tapi aku tersenyum lewati hari ini, dan aku merasa Tuhan begitu dekat denganku.
aku bisa menggambar senyuman yang kubayangkan itu gambar ibuku. meski gambarku tak seperti wajah manusia aslinya, tapi aku bangga dengan tanganku yang berhasil membuat gambar itu terlukis di atas kertas.
aku memang bisu, aku memang tuli. tapi itu bukan alasan, untuk melupakan keindahan di masa depan.
tugasku hari ini adalah tetap berjuang, bahagia oleh syukur, dan terus berkarya. aku ada untuk dunia yang cerah...

terimakasih, ibu
aku yang menunggumu..

terimakasih, kakak
walau bisu dan tuli, aku mendapati duniaku kembali..

terimakasih, Tuhan
banyak sekali malaikat yang sudah menjagaku..

aku menyayangi kalian semua,
yang hidup dengan indahnya... :)




  • Share:

You Might Also Like

0 comments