di atas pasir indonesia

By Afrilia Utami - October 28, 2012


mungkin dalam hidup, kita tak dapat menebus apa-apa. rasa sesal, rasa kesedihan, rasa ketertinggalan yang terjadi jalan masih menanjak dan dicukupi banyak lubang. apa itu merdeka? sedang hari ini indonesia terlihat makin tua, yang muda sedang berkompromi dengan permasalahan menghadapi budaya curang, budaya di mana semua berhak sebebasnya mematikan harapan, sekaligus kehidupan di depannya.

aku heran, mengapa aku harus menanggung banyak kata di pikiran yang berjubel-jubel ia tersimpan begitu saja. seakan hendak ingin keluar menendang-nendang rahim pikiranku. tapi aku seperti ayah dungu, yang tak tahu cara melahirkan pikiran dengan begitu bersahaja. aku rasa ini memang akan sulit jadinya. tapi di hadapanku ada kitab suci, ia sering bunyi ketika aku merasa senyap sendirian. mungkin sahabat sekosku sering bertanya, "apa guna mengaji? jika tak mengerti arti." ia memang bukan beragama islam, tapi setidaknya dia yang suka menemaniku mengaji di kos ini. 

hardi, namanya. meski sering berkata seadanya, setampaknya dia tidak pernah berbohong pada dirinya. katanya apa guna? jika tak mengerti arti. mungkin benar, kini indonesia sedang memiliki label bahwa ia telah merdeka dari status penjajahan asing. tapi apa daya jika menghilangkan arti merdeka dan kesejahteraan itu sendiri? begitupun dengan agamaku, agamaku kini suka diadukan dengan macam budaya dan seni berpikirnya orang kreatif dalam penggubahan syariat-syariat islam. seolah paling paham, agama baru gampang sekali dilahirkan. katanya rohis, anak teroris. sadis sekali media yang sering mengungkit masalah-masalah menjadi besar dan makin vital mencemari budaya pikir manusia dan adab martabatnya. 

"Di, yang namanya islam itu damai. dan tidak suka saling menikam tanpa alasan. tikaman islam dengan tikaman iblis itu berbeda. tapi orang yang mengaku islam kadang dirinya sedang dikuasai iblis. yang paling tak masuk akal lagi, kenapa sampai banyak orang sering mempelajari kesalahan untuk sebuah kesalahan yang baru."

di atas pasir indonesia ini, aku khawatir. Allah tak bersedia mengunjungi kami, di sini.

  • Share:

You Might Also Like

0 comments