Biarkan kita menjadi kepingan daun dibeberapa waktu. Meraup waktu untuk berkembang dan jatuh merasai tanah, kemudian kembali mekar dan memberi nafas. Tidak ada yang salah dalam tiap tragedi. Ia yang mengajarkan kuatnya jiwa dari akar ujian. Yang menemukan beberapa kesepian untuk saling menemani di tepi hangatnya tungku api.
Ini bukan saja masalah waktu, akan tetapi masalah aku dan kamu. Yang belum dapat menumbuhkan bunga bersama. Ini bukan masalah dunia, ini hanya antara aku dan kamu yang masih menyimpan cinta dalam larangan sementaranya. Manusia kuat berdiri tegap, saat cintanya tiba dan pamit. Manusia tangguh akan mudah memaafkan dari yang diajarkan pada ikhlas dirinya.
Permasalahan kita, bukan yang melibatkan para intel dan militer. Permasalahan terbesar kita, adalah terlalu saling mencintai dalam keterbatasan jarak. Aku kini telah takut, karena telah terlalu. Tapi biarkan perasaan mengalir. Menuliskan ini di antara kursi kosong dan lampu yang berulang menyoroti. Seorang perempuan berlengan pendek berdiri di tengah para lelaki di atas podium. Sedangkan seorang penulis? Merumuskan segala yang mengilhami keadaan kepada teks-teks, sebelum kembali direvisi olehnya.
Dan malam tinggalah malam, masih tanpa sepasang lenganmu.
Tapi mencintaimu, aku merasa. Lebih hidup dari kata dalam prosa.
3 November 2018
JALAN KELUAR
Afrilia Utami
Satu serdadu tengah menaati darah -
Bangsanya sendiri. Dengan kaki
Tangan dan jari yang terikat
dengan gergaji.
Bangsanya sendiri. Dengan kaki
Tangan dan jari yang terikat
dengan gergaji.
Di musim pra-pilkada
Presiden sudah sibuk roadshow
menaiki penumpang dan kursi viral
Kelas ekonomi bersaku eksekutif.
Membagikan foto dirinya di sertifikat
Tanah yang milik bangsanya sendiri.
Membukakan banyak pintu abu
Bagi bangsa asing tenaga kasar
Dengan tawaran investor barbar
Presiden sudah sibuk roadshow
menaiki penumpang dan kursi viral
Kelas ekonomi bersaku eksekutif.
Membagikan foto dirinya di sertifikat
Tanah yang milik bangsanya sendiri.
Membukakan banyak pintu abu
Bagi bangsa asing tenaga kasar
Dengan tawaran investor barbar
Alih-alih senja mengambil belahannya
Bersembunyi dibalik payudara masa kini
Dan petugas media menjaga etika polemik.
Negara masih berkembang dengan romantis
Dan angka-angka pembangunan insfrastuktur
Guling bantal prestasi di atas kasur.
Bersembunyi dibalik payudara masa kini
Dan petugas media menjaga etika polemik.
Negara masih berkembang dengan romantis
Dan angka-angka pembangunan insfrastuktur
Guling bantal prestasi di atas kasur.
Sekali lagi,
Satu serdadu dilema bagaimana melanjutkan
Ketaatan pada perintah dan rasa kepemilikan.
Satu serdadu dilema bagaimana melanjutkan
Ketaatan pada perintah dan rasa kepemilikan.
Tasikmalaya
(Ilustration by Puuung) |
Biarkan buah musim
mengajarkan manis, asam, dan dingin
di cuaca pancaroba dan api
dan aroma kopi dalam dua tepi cangkir
yang saling mengukiri hati.
April, 18th
2018
------
Musim telah sampai berpamitan pada dua matahari dalam balik dada yang rapih. Alarich melepaskan sarung tangannya, melalui dua tangan yang semakin beku. Merindukan Alea, satu-satu perempuan yang ia idamkan sejak sebelas tahun lamanya. Tubuhnya yang tinggi semapai dengan dada yang menjulang atletis, tidak kehilangan sedetik pun rayuan dari perempuan yang menyisiri langkah kokohnya.
Alarich terbiasa menulis di catatan birunya. Puisi sudah menjadi kudapan yang disembunyikan di balik saku celananya. Ia memiliki robekan kecil yang ia masukan dalam dompet. Tak ada photo, satu pun nihil. Penuh carikan kertas dan puisi-puisi yang belum pernah dikirimkan pada alamat mana pun. Sekali lagi, dirinya yang dicari rayuan mata. Masih belum bisa keluar sepenuhnya dari duka masa lalu, dari keinginan terbesar hatinya; Alea.
Setidaknya, bahagia yang minimalis ini
buatku semakin dalam dan tenggelam
ke arah keinginan menyatakan arahnya
pada tiap persimpangan dan pemberhentian
tak ada yang benar-benar menarik
tak ada. Selainmu.
April, 17th 2018
Bandung terasa semakin panas. Alarich menyeka rambut dan memisahkan keringat dan teriakan perempuan yang histeris ingin ia ciumi. Tapi sekali lagi, pamannya telah begitu dekat menyatukan bara di hati lelaki yang lebih senang digombali oleh puisi dari jarinya sendiri. Baginya, menulis dan puisi sudah lebih dari cukup untuk mengembangbiakkan rasa penasaran hatinya pada hidup.
Sehari-hari pamannya yang bekerja sebagai developer real estate bereputasi tinggi. Melatih Alarich agar menjadi seorang lelaki yang kuat dan fokus terhadap hal-hal detail dan perencanaan, pamannya adalah satu-satunya orang yang bisa bebas membuka buku catatan Alarich. Dulu, pamannya pun merupakan seorang sastrawan yang cukup fenomenal diangkatannya. Namun baginya, menulis adalah upaya mengenal diri dan melahirkan kebahagiaan tanpa merepotkan dunia sekitarnya. Begitu cara satu-satunya paman melatih satu keponakannya, Alarich. Sebesar apapun harta tidak akan terasa, saat kita kehilangan cara untuk berkomunikasi lebih baik dengan diri dan Tuhan.
Pamannya, Arya, sudah mengetahui lama ketertarikan Alarich pada Alea. Anak yang biasanya ia jumpai sepulang sekolah di sebuah taman sekolah dasar. Hanya Alea yang bisa buat Alarich melupakan buku-bukunya. Hanya Alea yang bisa buat Alarich tertawa setelah ia kehilangan sepasang orangtuanya. Tapi kini, Alea, sahabat SDnya sudah pergi dengan ibunya. Kedua orang tuanya berpisah. Dan lagi, anak menjadi korban atas perpisahan yang dihendaki pencetus terjadinya kelahiran anak.
Alea, jangan sedih
aku jadi lebih sedih.
Dan dunia jadi tak indah lagi
sampai kamu mengembalikannya.
April 15th, 2008
Di satu senja saat halaman masih menyediakan cerita kanak bagi mereka. Alarich seperti biasa mendorong ayunan, Alea. Alea dengan rambut hitamnya yang menyala dan lebat. Yang kerap membuat Alarich merasakan detakan hebat di usia sebelas tahunnya. Kerap memeluk dengan sengaja dan tiba-tiba, namun penuh kejutan dan teriakan, "Kena kamu, Alea! Aku takkan melepaskan kamu!" kemudian dengan tawa masing-masing, "Aku selalu pandai melepaskan apapun, Rik!"
Keduanya, duduk dekat sungai. Sepeda kumbang mereka tinggalkan di bawah pohon Katilayu.
"Aku jadi benci pernikahan Rik!" Ujar Alea di usia 13thnya.
Alarich tidak langsung merespon. Baginya kata pernikahan masih ganjil di telinga anak 13th.
"Yang aku tahu dari pernikahan cuma menghasilkan perpisahan yang menyakitkan!" Tambah Alea menguatkan.
Alarich mengambil catatan hariannya kemudian menuliskan,
April 12, 2008 Alea bilang, "Pernikahan cuma menghasilkan perpisahan yang menyakitkan." dan aku belum banyak tahu tentang itu. Yang aku tahu, ayah dan ibuku sudah benar-benar hilang dari bumi.
Alea merebut catatan Alarich, membaca, dan berkaca-kaca memaknai apa yang Alarich tulis.
"Maafkan aku, Rik.. Maafkan.." Alea mulai meringis, "Aku cuma kangen sama Papa dan Mama saat damai-damainya dulu."
Alarik tersenyum meyakinkan diri pada Alea kecil, "Kamu akan dan selalu punya kehidupan yang lebih beruntung dariku, Alea. Aku berjanji. Akan selalu membantumu."
------------------
Dalam hidup aku hanya mengenal dua kebahagiaan
hidup tanpa dugaan dan Alea.
April 11th, 2018
(semoga dapat dilanjutkan ya... :) )
Apa yang sebenarnya ada dan tertanam di kepala manusia? Sejak awal manusia memiliki ikatakan pada akal dan intuisinya. Mengolah keinginan dan tujuan dengan alat inderanya. Namun sekali lagi, manusia tidak memiliki satu tujuan tunggal yang sama dengan cara-cara yang dikeluarkan dari perpaduan hasrat dan nafsu yang sama besarnya terhadap penguasaan dan pengendalian.
Sejak kecil kita ditawarkan oleh suatu harapan. Harapan yang berkaitan bagaimana kita dipaksa memasuki harapan lain dalam suatu ekosistem. Harapan yang mengenalkan kita pada suatu ikatan sistem yang berjalan dari tatanan warisan, turun dan temurun. Akhirnya, kita banyak mengonsumsi harapan-harapan di luar diri, semakin terjauhkan dari pemurnian suatu kehendak. Harapan bahwa manusia dapat lebih baik memahami dunia.
Pemahaman-pehaman saat ini kemudian mewakili rasa arogan dan ego sebagai manusia yang menaikan statusnya dalam kelas --pengakuan. Sebagian besar tujuan dari homo sapiens yakni berlomba dapati pengakuan dari halaman terdekat, tetangga, bahkan dunia. Produk yang lahir di era seperti ini menanamkan kerisauan mendalamnya pada keterasingan sambil memaki kekosongan di tengahnya. Sebagian lainnya berbesar hati menerima dan berusaha memahami keadaan yang berlangsung dengan keoptimisan terbesar dalam penyebarannya.
Filsafat Yunani kuno dalam beberapa buku yang sibuk memainkan pendekatan untuk mencapai suatu tatanan hidup yang baik (good life). Kemudian, Reza menuliskan dalam catatannya berjudul Trilogi Filsafat Jerman dan Demitologisasi Kehidupan;
Untuk itu, dua hal kiranya penting, yakni pemahaman teoritik (Theoria) dan kemampuan menerapkan pemahaman tersebut dalam hidup sehari-hari (Praxis). Pemahaman teoritik mencakup metafisika, yakni pemahaman tentang prinsip-prinsip terdalam dari segala yang ada, sekaligus epistemologi, yakni pemahaman tentang unsur-unsur sekaligus batas-batas pengetahuan manusia. Sementara, filsafat terapan mencakup etika, yakni diskusi kritis tentang moralitas, atau pemahaman baik dan buruk yang ada di dalam masyarakat.
Apa yang manusia pilihan dapat ketika ia membaca filsafat? konsep pemikiran yang lebih rumit? disimbolkan dengan kata-kata yang lebih berat dan seolah bijaksana dengan keintiman terhadap definisi-definisi yang tidak semua orang mudah mencerna maksudnya. Karena tidak semua manusia rela mengorbankan waktu terbesarnya hanya untuk memahami sebuah definisi yang diakui. Bukan cuma itu. Pada akhirnya, filsafat memberikan sebuah ruang untuk kepala manusia menanamkan keingintahuannya lebih besar dan dalam. Siapa yang mengendalikan? Keinginan untuk diakui sebagai makluk yang berpikir --Cogito ergo sum kata Descartes.
Sementara Kant begitu besar menyumbangkan konsep pemikirannya terhadap Jerman; Pengetahuan, moralitas, dan estestika tentang keindahan dan pertimbangan. Dapat kita tarik sebuah garis berwarna abu-abu. Dari satu lini waktu menuju 2019, tiga elemen fundamental tersebut sudah saling tidak punya keintiman yang saling mengikat. Isi kepala manusia mulai kehilangan cara menahan keindahan dari sebuah pertimbangan, selain angka-angka dan status online dari telepon pintarnya, kuasa untuk mendaki pengakuan dan eksistensi. Sementara kepalanya dibiarkan jauh dari kerangka metafisika --bagian pemahaman terdalam dan intuisi.
Kemudian kita diingatkan kembali dengan kaum bangsawan yang pada akhirnya digantikan dengan kaum pemodal kapitalis. Dapatkah jika kita tarik satu benang, terhadap kondisi kepemimpinan dan politik yang dikendalikan oleh man behind the secret missions. Dan pada akhirnya kaum feodal saat itu mulai meraba tubuhnya. Hasil dari segala mesin pengakuan yakni keterasingan sebagai masyarakat dan pembuat keputusan.
NEGERI MANUSIA
Afrilia Utami
Biar aku mendaki
seperti hujan tahun lalu
mengembun dalam genggaman peri
jatuh cinta pada sekat dimensi
muara hilir penciptaan dilaksanakan.
angin yang mengolah udara
menari manja seperti kau, berdua
bersama denganku.
meski dalam perang sekalipun,
cinta menolak mati dalam dendam.
waktu begitu minimalis
senyuman tipis yang hilang
di dalam ruang itu
teralis membatasi antara kaca
dan lensa mata.
antara hamba dan tuhannya.
apa itu peradaban manusia, Sayangku?
kita habis untuk menulis -
banyak tragedi ke dalam penggadaian.
melawan kebiadaban para pelupa.
biar aku pelan mendakimu..
pelan tapi menujumu
pelan dengan pembakaran usia
yang dikupas dari kulit ari terluar
yang terperangkap dalam barak
dikeliling para serdadu dari balik batu biru
engkau itu aku jaga dari panasnya rindu.
Taksi biru telah menunggu..
di luar hujan mulai merembes ke dalam dada.
Sayangku, ingatlah ini dalam keabadianmu..
cinta, yang menamai kita berdua.
---------------
diketik tanggal 24 Agustus 2014
pada saat penulis menyadari, hatinya ingin bicara ke rahasia langit.
SENYUMAN HUJAN PADAKU
aku selalu tahu apa yang akan kau lakukan
jika hujan mulai deras, kita memecahkan kenangan
di dalam genangan air yang kotor dan penuh kuman
aku taruh senyummu di sana, di awan yang abu tua
aku simpulkan senyummu di situ juga.
bahkan, aku hanya melihat senyummu saja
antara peristiwa yang kita ketahui,
selalu berakhir memilukan.
jika kita tua nanti, kau akan memilih hidup di mana?
aku biasa hidup dengan puisi, juga sendiri menulisi dahiku.
kau jadi bayang-bayang yang kerap menempel kubentuk.
diam-diam aku meniru senyuman manusia, dan pergi-
tiba-tiba membawa sekardus catatan kumpulan harapan manusia.
apakah nanti, aku bisa tua juga sama sepertimu?
menceritakan sejarah masa muda kita yang begitu curang
dan lucu, senang hujan-hujanan sampai demam satu bulan.
tapi kita membayangkan senyuman Tuhan yang begitu indah.
senyuman Tuhan yang dipasang di dada dengan lapang.
kau yang menarik hati mudaku.
aku akan menemukanmu kelak
sealbum senyuman yang aku kumpulkan
kita tak memerlukan katalis untuk mempercepat segmen hujan
yang kita jadikan lukisan air dengan figura keajaiban.
jika kelak aku pergi tiba-tiba, sama seperti kelahiran dan
kematian.
aku ingin kamu menyimpan senyuman yang sudah sejak lama
aku kumpulkan untuk menciptakan keajaiban..
24 Januari 2013
TENTANG KESATUAN, ADANYA CINTA
Aku ingin bicara tentang cinta dan kesatuannya.
Atas cakra senja yang makin menari-nari di atas gelaga
mungkin ada sipit matamu yang manja mengatur cuaca
agar orang-orang tidak bangun dari peperangan
agar bangsa ini tahu, kita berdua lahir untuk saling mencinta
dan untuk tak membabi buta pada sunyi yang menyelusup
nadi dan titik hati yang paling suci Tuhan kirimi
saat aku menulisi cinta untuk seorang manusia puisi.
Aku ingin bicara tentang cinta dan segalanya.
Kepadamu yang sering menuturkan keinginan dan mimpi-
mimpi tentang bau sorga yang tak satu pun setan ada di sana.
Tuhan tak jemu menanam rasa dan warna dipangkuan matamu
yang menjaga doa dengan segumpal hangat
dengan setipis dingin yang paling amis.
Aku ingin bicara tentangmu..
Paling sederharna menangkap gelembung hidup
di tengah se-bar senyuman yang indah dan semanis coklat
sambil menimang-nimang bau trotoar yang dipenuhi plakat-
rindu dengan bibir yang ingin diciumi seorang biksu.
Aku ingin kita bersatu dan kita bersama
kau dan aku dan seikat bunga awan
dengan cinta yang dijadikan nama
atas demokratisasi paling misteri
dengan kesatuan yang menawan
dengan segalanya tentangmu..
tentang hati, rencana, dan tata pelaksanaan dari Yang Memiliki.
Diam-diam aku meniru merah aspal
yang sering dijejali roda-roda di jalan
di jalan kasih dan sayang
hanya menuju satu arah
pulang pada setumpuk tubuhmu yang utuh
pada kenangan luka dan ketegaran yang menguatkan..
2013
Sampai pada saatnya
Semua menjelang pada semula
Matahari yang tinggal separuh tanggal
Aku membuat cerita ini makin kenal
Sedih, suka, tapi duka dan luka lagi
Tapi gembira lagi, tapi kau lagi.
Apa yang kau ingini selain puisi? Ditahunnya gestafu.
Selain langkah raksaksa yang paling jahat
Dan paling pendendam munggulung-gulung
Galah rambutmu yang aus.
Ada dua tangan melingkari perut seorang.
Ia bercerita, tangannya dulu pernah ditanam
Akhirnya diburu tegar, dihidupi penilang
Rasa cacian, rasa-rasa makian, yang makin-
Bertuan di meja hijau, kursi pemahat galau,
Dan sepatu kuda yang tipis-tipis dan bau amis.
Rasanya cepat sekali,
Aku mampu menghitung ubanmu tumbuh
Satu-satu. Ubanku juga melambaikan putihnya.
Kita akhirnya saling menghitung ada berapa uban
Di kepala yang namanya hidup, yang namanya mimpi
Yang namanya panggung aksi.
Aku suka melihat bundaran bumi
Alangkah kecil dari bola matamu
Dan ia membuncah memasuki dada-
Dada kita yang pejal.
Ya, tentang raksaksa pedendam itu telah membawa lari,
Lusa kemarin, dan di hari ini.
Tepat satu hari, titimangsa hidup kita
Dalam jilid baru.
2013
AKU INGIN MENULIS
Aku ingin menulis hal-hal indah denganmu
dan melupakan semua penyakit yang bersarang dalam waktu.
Kau yang tegar, menunggui aku hidup menanggung mimpi dan caci
Angin berintegral lewati masa-masa nurani tumbuh di dalamnya.
Kita memiliki segudang perbedaan dan sekamar persamaan
Ada Tuhan dalam dada kita yang membuat pilihan untuk hidup
Langit luas yang cantik, di sanalah telapak tangan suka bermain
Harga yang hanya dibayar oleh senyuman dan air mata.
Hal sederharna melengkapi undangan dari rindunya rasa syukur
Tapi tidak ada apa-apa selain sambutan dalam lipatan kertas-
isinya pertanyaan, "Apakah Tuhan benar-benar menakdirkan-
kita bersama?" Pesan manusia, sumpah jawablah!
Tapi aku telah bertawakal jika di antara kita akan pergi
Manusia memiliki sejumput pilihan, bagian termanis dan tragis
biasanya Tuhan yang menentukan.
Kau yang mengajariku untuk tertawa sambil menjilat gula
Aku yang membuatmu sering berduka karena ceritaku -
tak indah-indah ditengahnya. Jika nanti, kita menuju mati
Aku ingin hidup kembali, sepasang denganmu.
Ibu mengajariku untuk tegar hidup setelah keluar dari rahimnya
Sementara pohon yang tumbuh tinggi tak pernah kembali ke akar
Jika bukan kita yang memilih jalan keluar paling menyeramkan
: Ditebang kenyataan.
26 Januari 2013
AKU SAYANG IBU
Ibu suka memintaku agar jadi anak sholeh
Kenal dengan Tuhan dan segala kebaikan
Pelajaran suci yang aktif mesti diaplikasikan-
pada perbatasan kehidupan manusia yang punya akal.
Itu permintaan ibuku yang paling sering diulangi
Setelah permintaan lain-lainnya lagi.
Aku hanya ingin ibu bahagia
Biar deram tangisku ketika meminta asi
timang-timang lagu yang terlahir dalam hati induk-
yang mengalun agar aku bisa punya mimpi di masa depan.
Aku ingin ibu hidup lebih lama dariku
Biar aku tak pernah merasa menderita
Makin ditinggal pergi oleh orang yang punya kasih dan cinta.
Tujuh bulan yang berhenti di April karena banjir pendarahan
Aku selamat, tapi meninggalkan jahitan panjang bekas salju mencair.
Kata paman aku anak mahal yang paling tegar bertahan untuk hidup
Sering kudengar ibu suka bersedih ketika aku dipaksa tinggal di Rumah Sakit.
Lalu..
Ibu suka senyum, melihat aku akhirnya dapat melanjutkan keinginan buah visi
: Permintaan ibuku.
Aku sayang ibu
Aku belajar pengorbanan karena cinta.
Aku menemui hidup
Setelah setengah nafasnya hampir tercekik di hisap jibril.
Aku bahagia telah merasai kelahiran
Tapi jika bukan karena ibu
Aku tak mau hidup sampai mengenal tua.
26 Januari 2013
TUBUH YANG BAU ANGIN, DEL
tubuh kita yang muda menjadi panglima bumi biru
aku dan kamu berperang di jalanan yang putus
tidak ada pilihan lain selain dua
satu menjalankan peran pedih demi kesuksesan bersama
dua memilih terus merodikan raga melawan kepedihan
untuk bahagia, kita tinggal memilih yang sederharna
berawal dari mimpi-mimpi yang menyala di atasnya langit
badan kita sudah bau angin, kawanku
berasa-rasa aku sudah jadi tukang angin denganmu
mengembara ke ceruk terpadat dengan ujung menajam.
ya, aku mengajakmu bekerja dengan multinasional
meski dalam tiap cangkir yang terangkat ada gambar tongkat ular
bathin kita proyeksi astral, orang jauh menyebutnya demikian.
aku benar-benar merasakan kebutuhan untuk menulis
sebab hanya satu-satunya cara berbagi cinta personal
menuliskan hujan dengan dilembah angin
kadang, kita perlu berhubungan dengan pusat energi
mengkolektifkan bagaimana rasa duka dan cinta
dapat berjalan sepadan, memipikannya seumur hidup..
mengenai hal sederharna dalam kerja keras kita, del
untuk hidup damai dipertiwi yang kita cintai secara multidimensional.
badan kita yang sudah bau angin, tersandung-sandung tangan jahil
agar kita dapat setegar angin baik yang terus mengembara
membagi bahagia di seluruh penjuru dunia..
22 Desember 2012