mith, mata itu..

By Afrilia Utami - October 28, 2012


mith, di dua tempat yang berlainan. aku banyak menemukan wajah baru dengan banyak cerita berpangkul ingin mereka ceritakan. katanya, mereka tak tahu cara memulai cerita yang baik. aku tersenyum kasihan pada hal lain yang kuterka mengenai diriku sendiri. kukatakan padanya, diam pun memiliki masing cerita. hal sederharna hari ini ialah mempelajari diam yang baik dan benar. belajar memulai cerita baru, mith kau di sisiku, begitupun aku. kita saling menatap tapi tak tahu letak tubuh kita di mana.

10 jam lalu kata seseorang yang menjagaku. aku harus tidur. bagaimana memulai tidur yang baik, mith? sementara kita sedang tertidur dan berada pada mimpi yang kita tempati. beberapa sedang sibuk, dengan cara mengatur waktu untuk merasa tetap gembira. beberapa dari lainnya mengatur waktu untuk kembali menjadi manusia yang sehat. tapi waktu tak dapat kita atur dengan sendirinya begitu saja. aku berpura-pura menjadi jam dinding yang malang menggantung di dinding itu. tapi tak bebas memutar masa, ke belakang atau lebih cepat menuju ke depan. baterai yang mencatu daya jam itu seperti tuhan, ya mith? dan kita sebagai jarum yang pendek itu saja. dan angka-angka itu, ialah target kita. target kukatakan lagi mith.
dan tuhan telah mengatur angkanya. pilihan kita tinggalah, apakah kita menjadi jarum yang searah, atau berlawanan arah dan mendiami tempat yang juga berbeda.



mith, aku paham hidup yang cuma sekali. dan aku telah menuliskan hal demikian berulang kali. aku sedang berkhayal aneh lagi dengan cerita yang aneh ini mith. apabila di kelak yang entah, aku tak sampai menikah. entah karena faktor usia, faktor perluang, atau lain hal. bagaimana pasangan yang telah tuhan lahirkan untukku? akankah ia kesepian dan sendirian, dan itu yang dikatakan sebuah pilihan yang awalnya tidak dianjurkan? seorang perempuan telah tega, memukul jantung prianya dengan hantaman yang cukup kuat dan bertenaga. dan wanita itu berhadapan dengan pilihan, antara kesakitan dan menyakitkan. dengan tabah, wanita itu memilih sendirian menghadapi kehidupan yang amat singkatnya. dan pria itu menikmati masa tuanya dengan melihat perempuan dengan kemalangan dirinya.

itu cerita apa, mith. aku juga tidak suka membayangkan hal itu. yang sedang keras dan membuat lemas itu membayangkan nasib bangsa ya, Mith. tapi, aku tidak tega berlama dengan hal itu. aku juga bagian bangsa itu sendiri. yang ingin maju juga.

dulu kita suka saling berteduh, di atap yang ada hujan membasahi dan membuat bunyi di antara sunyi yang kita miliki ya, mith. aku mengingat kembali, ingatan-ingatan kita. bukan hal-hal mengenai perbedaan, juga kesamaan. namun di hari itu kita menceritakan anugerah yang kita miliki, hari ini kita hidup, hari ini kita memiliki bahagia untuk dikatakan. hari ini milik kita, dan kita berhasil melewati hari ini bersama. juga di hari ini ya, mith. aku denganmu, masih dekat dan kita melewatkan banyak kisah, yang hanya kita berdua tahu.

 kelak kita akan terbangun, dan apakah kita akan saling mengingat? kita yang terangkat dalam cerita. 

jalan panjang belum juga merosot di cekung waktu
beberapa dari kita, senang bermanja dengan roda.

    • Share:

    You Might Also Like

    0 comments