pertikaian satu dan satu

By Afrilia Utami - October 28, 2012


Mata

sore berwarna biru tua
ada yang bilang
bahwa mata, sangatlah berbahaya
ketika melihat.

hampir disetiap letak awan
aku teringat sore itu ; mata yang menjauh

tetapi mata itu, adalah matamu
yang sempat menghalangi mataku

maka lihatlah
sejadah masih tergelar, 
airmataku tak seberat 1kg 
sujudku menunduk dengan berat
mataku ringan-ringan. 
tetapi, masih belum juga menemukan
--tepinya.

jika kau takar, 
apakah airmataku lebih dari volume gelas itu?
aku belum pernah menimbangnya.

2011


Jari

jari-jari kerap merangkulkan beban
disela ruas, dikecil-kecil celah
melipatkan garis. tentang kemarin
kita lalui hidup ini.

jari telunjukku
selalu menduga hal dengan tegas
menanyakan itu bin-tang yang kutunjuk
tapi itu lampu, nyatanya. hanya lampu
di dalam kamar. tapi jariku mudah menunjuk
itu hidungmu, aku melihatnya dengan jariku.

jari kelingkingku
berlari kecil di antara ke empat lainnya.
dia itu pendek. pendek itu dia.
tapi dia itu lincah, jika ada guntur berlarian
ingin menangkapnya. dia gemar menyusup
ke dalam telingamu.

hanya dua jari, sisanya ada tiga kuprkan.
mereka sedang di depan cermin, terpukau
menyaksikan ikan-ikan berloncatan
di air yang asin.

2011

18 November

/1/
Aku ingin menuliskan ini di hatimu
dari sepasang anak kucing yang baru
kutemui, di sore tadi.

tapi mulutnya ke depan haus, ingin minum -
air susu, dari induknya yang mati dua pekan, lalu.
setelah aku menemukanmu, di jalanan basah
Kucing itu berangkat menuju lahunanku.

Kita kemudian saling menyapa guntur
Di tepi jalan. Aku menitipkan surat kecil
Di sakumu, dengan tangan kaku. Tertulis
“Aku ingin menemuimu kembali”
kemudian sepasang itu, memanjat ke lampu.

aku melihat senyuman yang giginya hilang
karena kaki-kaki kita melangkah ingin pulang
tapi ke mana? Ke anak kucing yang malang?
; menemuimu adalah kepulanganku.

Kemudian sepasang itu, memanjat ke lampu.

2011

/2/
Gambar itu seakan tertawa
dalam tangisan kering.

2011

/3/
bolehku bertanya, bu?
tapi ibu diam. tak memaling
menganggapku ada.

bolehku bertanya, bu?
ibu malah pergi
membawa fotoku
ke pelelangan ikan.
seharga 25 sen kembali 1 sen.

bu, bolehku bertanya?

lewat waktu, ibu tak lagi
pernah melihat. ibu buta.
dan buta itu aku juga.

dunia ini gelap ya, bu?

sejak buta, ibu lupa
cara berbicara.

2011

/4/
aku sedang ingin mengatakan rindu
tapi dia melarangku. dia kupu-kupu
yang terbang semaunya, aku bebas-
menangkap. namun dia tak mau bebas
dalam tangkapanku.

hap..hap..hap...
dia mengajakku melompat, dari ranting
yang telah bugil. aku jadi daun 
dimakan ulat-ulat, aku jadi kering dan-
berbolong-bolong. jatuh mendekap tanah
berwarna merah. 

aku sudah jatuh..
di merah yang berasal dari tubuhku.

2011

/4/
katakanlah...
jujur.

mengapa aku
tak pernah miliki
senyummu.

2011

  • Share:

You Might Also Like

0 comments