kehentian hati [3]

By Afrilia Utami - October 28, 2012


Di dalam hujan, dan dinginnya nyala mata kita. Kau melamarku, dan aku diam. Hilang suaraku. Aku mengetahui, mengapa sepasang bisa menghilangkan kodrat pasang dan menggantinya dengan seorang. Jauh berbeda. Tapi apa itu perbedaan? yang suka kita sebut dengan pelarian kesamaan. Aku juga kau, memilih bersembunyi dalam cerita cinta, karena kita berada di daerah Tuhan yang melimpahkan banyak cinta lainnya. Namun Tuhan pencemburu, maka dari itu kita tak mau membuat Tuhan cemburu, dan mengambil salah satu di antara kita, lebih cepat.

Dalam pernikahan, satu di tambah satu sama dengan satu. Tapi kita berbeda, aku satu, kau satu, dan hasilnya adalah setengah. Setengah lagi kita tabungkan dengan perhitungan, aku ingin kebahagian di salah satu terbesar. Kita mengharapkan dapat saling membahagiakan, aku padamu, juga sebaliknya.

Jari-jarimu yang suka menyela jariku. Aku ingat masa itu, kau memburaikan kelengkapan. Tapi aku tak mendapatkannya. Begitu juga denganmu, aku seperti penyakit yang akan terus merodikan hatimu. Untuk siap khawatir melihatku terjatuh, melihatku di atas ranjang itu, melihatku lemah dan aku dapat keluar kapan pun dari tubuhku sekedar untuk berjalan, melihatmu cemas menungguku terbangun. Apakah kita sanggup?

Di hari itu, aku jadi menjelma sebagai perempuan dewasa. Memilih meninggalkan kedewasaan lain yang telah menunggu. Aku membayangkan, kau membawakanku seorang malaikat kecil sebelum kematian lebih cepat menjemputku. Kau tersenyum begitu cerah, seakan segala cahaya berpindah dan berpangku di wajahmu. Kau membisikan kalimat, yang menahanku pergi. Lebih lama, aku dan kau bercerita tentang cinta yang tak berkesudahan.

Apakah kita dapat bersatu? Di lain dimensi. 

  • Share:

You Might Also Like

0 comments