ode sederharna untuk sahabat hatiku

By Afrilia Utami - October 28, 2012


PERNYATAAN)*
: Arther Panther Olii

aku terikat lama di tempatku yang bila ada angin-
semua dapat jadi bergerak dengan setepuk tiupan.
aku tahu bahwa jalan tak pernah tuntas terselesaikan
oleh kesegeraan yang tertunda di mimpi-mimpimu.

rumah kita berada di atas angin, yang puing-puingnya
dijejali dengan bagian atom-atom, dinamakan rindu.
dan di pintu-pintu yang kerap dibakar penantian
yang bersiaga mendekap setiap kejatuhan.

aku membayangkan kita duduk saling berhadapan
di teras depan mushola. kayu bakar begitu hangat
menghangatkan dua wajah dingin, tanpa lekang
tanpa merasa terbanting dari ingatan yang bergantian.

ada undangan, dan namamu ada di dafta buku tamu
undangan apa yang hendak akan mempertemukan?
antara aku, antaramu, dan beberapa shaf lainnya.
ingin aku membisikan kepadamu dengan tenaga;
"hari kelahiranmu, tiba. kau terlahir lagi..."

kita memang bersandar pada misteri
di antara terang matahari dan kegelapan.

2012

)* telah direvisi.

PENGANTIN DARI NOTE
: Yazid Musyafa

sejak kelahiranmu tak pernah ada kata yang tak kutulis
di surat-surat ibumu. aku sering mendengar matamu
melihat lilin-lilin kecil yang menari mengelilingi tanganmu
yang selalu mungil, dikatakan ibu ketika ia terperanjang-
mendoakan butir matahari yang tumbuh dipangkuannya.

kuangkat sekali lagi wajahmu, melukisi kanvas yang terang
seterang aku menemuimu di masa tiga tahun lalu. cemburu-
dengan merah jambu senyum anak-anak yang kekar.

dengan pelan, aku menulis hujan yang tak lagi mampir
seperti gemerincing langkah yang tak pernah menjauh
mengikuti lagi sebuah kisah, sebuah hidup bahasa jiwa.
datanglah, ketika kau bosan memanggil surat-surat itu
datanglah, ketika air mata sudah penuh di sayap mataku.

datanglah, aku mengundangmu..

2012

MATA HATIMU
Nani Mustikasari

sebelum berhenti pada kalimat terakhir yang paling sering-
datang menempati tempatnya, ialah hatimu, ialah cintamu.
aku ingin kau hendak mengerti, mengenai mimpi-mimpi
bunga-bunga mekar yang indah kukecup di hadapanmu, 
seakan aku menjadi ibu baru untuk anak-anakku, sepertimu.

kulayangkan tali ini untukmu suatu nanti, ketika tali-tali
banyak ter-urui dari dahi pemilik pilihan. ialah ibu, juga.
seperti hatimu, seperti mata indahmu yang tak hilang
mengingatkan ketika aku mengajakmu, ke tirafa
wanita gurun yang tak pernah menyalahkan
kejamnya padang, tajamnya pedang.

suatu waktu, aku ingin bertemu denganmu
setelah kulunasi hutang-hutang, dan tagihan kredit
yang telah menyebabkan implasi nasional,
aku merindui ibu, seperti pahlawan nasional 
yang pernah berjuang, di tanah airku.

2012

Deru
: Raka Mahendra

deru kembali berderang jauh dilorong itu
sandi-sandi di bawah Genesha 
menyerukan tangan yang berwujud
bagai ajaran mengepal kehidupan
dan sore yang mulai tertidur,
dan langit yang ditiupkan-
Aeolus. bergerak tanpa arah atau siklus
namun mengirim-hembusan doa
di dada-dada manusia yang terbuka.

aku ingin memiliki topi sepertimu,
yang setia hinggap
tak terbang jauh ke lain kepala.
Juga dengan, Apollo
senang bermain sajak,
dengan penutup di matanya
mungkin juga dikepalanya.

usia-usia bergilir siap berlari.

2012

  • Share:

You Might Also Like

0 comments