Mengheningkan Ibu

By Afrilia Utami - August 23, 2011


Dari tandus rintik hujan
api tumbuh. Dari rambut hitammu
Aku datang ke rumah, membawa lipatan surat
Mengais ayat-ayat. Mendoktrin jasad-
jasad yang terkumpul dengan bara
di atasnya. Di ruang-ruang aku kecil, dan kembali.

Di sana ibu berdiam. Meronce airmata
 ... .... ... dengan nada phytagoras.
di tungkau pakaian yang layu. Ibu terkurung
menanak belati di kamar mandi. Menguras
kenangan dari yang bertulis nama, ibu.



Ibu, masih membaca aku. Dalam rahim
dengan tongkat sihir. Semangkuk senyum
secangkir pedih. Bertubi aku melihat ibu
memanggil-manggil ayah. Yang telah lama
hanya ada dalam lukisan di dinding tua.

"Nak, Ayahmu adalah dinding itu.
Keras, bisu, dan diam-diam. Namun-
Ia selalu menjaga kita. Dengan cinta
yang selalu sama."

22 Agustus 2011
19.48 WUB

  • Share:

You Might Also Like

0 comments