Delapan puluh empat kursi berisi sebagian bisu.
Memahat prasasti, segelas tawadhu di kuku waktu.
Lantas akan kemana kutemukan tentangmu ?
Sementara hati sedang berkeliling di hilir do'a.
Di sini, tempat sesunyi sabit bertengger.
Sepanjang lorong, orang-orang karam di cangkir kopi.
Dengan sepasang rayap yang tumpul giginya
Sebagian darimu, hendak meragas ke wajahku yang pucat.
Gontai jalan-jalan yang fana kembali dari jahiliyah
Memahat prasasti, segelas tawadhu di kuku waktu.
Lantas akan kemana kutemukan tentangmu ?
Sementara hati sedang berkeliling di hilir do'a.
Di sini, tempat sesunyi sabit bertengger.
Sepanjang lorong, orang-orang karam di cangkir kopi.
Dengan sepasang rayap yang tumpul giginya
Sebagian darimu, hendak meragas ke wajahku yang pucat.
Gontai jalan-jalan yang fana kembali dari jahiliyah
Terperusuk membakar tulang-tulang malam.
Menanam rasi bintang, yang hilang.
Genangan hening mendidih..
Ketika manusia lebih menggigiti keringat ingatan.
Gemerak di hati yang tak katup-katup kemudian.
Hendaklah seribu umpan dikursi
... membenammu diam-diam atas bait-bait sunyi.
0 comments