Kakiku di Ibu

By Afrilia Utami - November 03, 2011


Aku sudah berkeliling dari menara ke menara
di mana pun langkah itu berjejak dari gerobak
cemarut yang dipulangkan kesedihan
atau ibuku yang baru menangis?

Aku pulang dengan langkah separuh hilang
mengemasi airmata, diperbatasan perkotaan.
Menganyam guntur di mata ibu
membakar terik yang tiada sanggup
aku lahirkan di depan dadanya
ibuku hanya terbaring, dengan sembab
di matanya.

Pernah kita berpisah dari lajur
yang ditemukan kaki-kaki pengembara
pemangkul batu. Ibu tak lagi tersenyum
semenjak aku membiasakan jadi batu
untuk airmata yang meremas kesedihanku
ibu selalu tahu, aku mencarinya dalam diam
sambil memotong bagian tubuhku yang rusak.


Biarlah, aku tahu bahwa ibuku bahagia
menarikan sedikit usia yang tumbuh
di dekatnya. Menyusun keemasan dan
kerapuhan yang sempat diguyuri hujan
bertubi-tubi, dari puncak api. Aku pergi
 ingin menawari ibu, senyuman.
gerak dalam jiwaku, cinta menjadikan
alasan keberadaanku, dengan waktu.

Karena ibu. Beginilah aku.

2011

  • Share:

You Might Also Like

0 comments