aku ingin berada dalam lahunanmu
menyalakan pagi di helai rambut mentari
dan kita berjalan dan berpasang jelajahi langit
dan tinggi-tinggi kita menelusuri ketinggian
dan dalam lahunanmu. aku ingin menulis surat
surat terakhir.
kita sempat mencuci daki kehidupan bersama.
merangkul tangisan kecil jangkrik dan kunang-
kunang dari pohon tua, yang kerap mencibiri kita.
dan kita mengatakan cinta, saat sua hanyalah jadi ilusi.
dan kita menyatakan rindu, ketika kau -
ketika aku sudah tak dapat mengatakan inilah hidup
inilah kita, yang tak dapat bersama.
tidak ada suatu yang menarik
dari ini. titik, dan serangkai mawar
tanpa putik. Wanita itu menari-nari
di bawah matahari yang mulai layu
berjalan menghampirinya, menyalakan
unggun api-api di dua matanya.
hanya ada dalam buku-buku harian
tumpahan butir hujan, yang dimainkan
anak-anak dengan baju sobek berlipatan
diselangkang ketiak. dan banjir seolah ragu
menyanyikan kematian yang hanyut
di dasar jalanan, yang terinjak berulang-ulang.
ketika berada di bawah hujan
aku merasa basah hilang, dikejauhan
memikirkan mereka yang kedinginan
setelah hanya tanah merah, dan epitaf retakan
pinggir jalanan
menyelimuti seperdua tubuhnya yang kesekian
telah layu, terjatuh, dan rubuh dalam nun
yang melingkari kaf.
sampah-sampah yang berjalan pelan
dan kita menelan.
aku merasa jenuh menyaksikan sampah
dari perangai gua-gua berkarat
mengapa semua itu sampah.
dan politik kotor itu nafas yang sah.
aku ingin menjadi tulang-tulang tua
dalam tubuhmu.
Lif, mengapa pecahan ini tak kunjung sembuh
dan kau aku masih sibuk mengupas kulit apel
di atas sungai, apel itu tak pernah ada hanya
arus merah, dari kulitnya.
senar gitar itu telah putus berulangkali
berulangkali jari tengahku patah
tapi gitar itu memaksa aku untuk kembali
mematahkan kelima jari tanganku.
aku mencatat kesunyian orang-orang
berkaki pincang, yang sumbing wajahnya
di atas sepasang batu nisan, diri orang-
orang sekarat dalam jiwanya.
baru saja kulihat orang menjemur dirinya
dengan bau phynus. sekujurnya penuh duri
dalam tangisnya ia berlari membawa jangkar
yang mengikat tubuhnya sendiri,
di bawah matahari tua
orang itu memutuskan usia.
Api sedang koar-koar di hati
aku ingin membunuh amarah
menusuki rasa benci! mengbilang-
apa yang telah terjadi. hingga
aku tak dapat melewati ekor-ekor setan..
kehidupan tak lagi sama benar
kukira langkah sedang bersikuku
menajamkan jari-jari yang hilang
dibekapkan puting kenanga, gugur.
kukira begitu ia melangkah pergi
menciplakan air mata terakhir
di dalam sini. hati yang tertutup.
0 comments