Coretan November

By Afrilia Utami - November 29, 2011


  • aku ingin berada dalam lahunanmu
    menyalakan pagi di helai rambut mentari
    dan kita berjalan dan berpasang jelajahi langit
    dan tinggi-tinggi kita menelusuri ketinggian
    dan dalam lahunanmu. aku ingin menulis surat
    surat terakhir.




    • kita sempat mencuci daki kehidupan bersama.
      merangkul tangisan kecil jangkrik dan kunang-
      kunang dari pohon tua, yang kerap mencibiri kita.
      dan kita mengatakan cinta, saat sua hanyalah jadi ilusi.
      dan kita menyatakan rindu, ketika kau -
      ketika aku sudah tak dapat mengatakan inilah hidup
      inilah kita, yang tak dapat bersama.




    • tidak ada suatu yang menarik
      dari ini. titik, dan serangkai mawar
      tanpa putik. Wanita itu menari-nari
      di bawah matahari yang mulai layu
      berjalan menghampirinya, menyalakan
      unggun api-api di dua matanya.




    • hanya ada dalam buku-buku harian
      tumpahan butir hujan, yang dimainkan
      anak-anak dengan baju sobek berlipatan
      diselangkang ketiak. dan banjir seolah ragu
      menyanyikan kematian yang hanyut
      di dasar jalanan, yang terinjak berulang-ulang.


    • ketika berada di bawah hujan
    • aku merasa basah hilang, dikejauhan
    • memikirkan mereka yang kedinginan
    • setelah hanya tanah merah, dan epitaf retakan 
    • pinggir jalanan
    • menyelimuti seperdua tubuhnya yang kesekian
    • telah layu, terjatuh, dan rubuh dalam nun
    • yang melingkari kaf.

    • sampah-sampah yang berjalan pelan
      dan kita menelan.
      aku merasa jenuh menyaksikan sampah
      dari perangai gua-gua berkarat
      mengapa semua itu sampah.
      dan politik kotor itu nafas yang sah.






    • aku ingin menjadi tulang-tulang tua
      dalam tubuhmu.



    • Lif, mengapa pecahan ini tak kunjung sembuh
      dan kau aku masih sibuk mengupas kulit apel
      di atas sungai, apel itu tak pernah ada hanya
      arus merah, dari kulitnya.








    • senar gitar itu telah putus berulangkali
      berulangkali jari tengahku patah
      tapi gitar itu memaksa aku untuk kembali
      mematahkan kelima jari tanganku.






    • aku mencatat kesunyian orang-orang
      berkaki pincang, yang sumbing wajahnya
      di atas sepasang batu nisan, diri orang-
      orang sekarat dalam jiwanya.









    • baru saja kulihat orang menjemur dirinya
      dengan bau phynus. sekujurnya penuh duri
      dalam tangisnya ia berlari membawa jangkar
      yang mengikat tubuhnya sendiri,

      di bawah matahari tua
      orang itu memutuskan usia.


    • Api sedang koar-koar di hati
      aku ingin membunuh amarah
      menusuki rasa benci! mengbilang-
      apa yang telah terjadi. hingga
      aku tak dapat melewati ekor-ekor setan..


    • kehidupan tak lagi sama benar
      kukira langkah sedang bersikuku
      menajamkan jari-jari yang hilang
      dibekapkan puting kenanga, gugur.

      kukira begitu ia melangkah pergi
      menciplakan air mata terakhir
      di dalam sini. hati yang tertutup.

  • 2011

  • November
    • Share:

    You Might Also Like

    0 comments