Langit Hitam
langit masih
terlihat jatuh-jatuh
menimpa tubuh
dan, rubuh kemudian.
rindu itu
sunyikah, Rasul?
kerap ia
melangkah memulangkan
lipatan surat,
di hari kadaluarsa.
langit masih
sama dipandang
luas, dan
jauh.
kelam
padam
legam
terbenam
lam.
2011
Tubuh Tertutup
hatiku mulai
susut pada linangan air
yang membasahi
ubin dan dinding kusam
kulihat tubuhku
terbaring dengan malaikat -
di sebelahku dan
ia menyaksikan air yang perlahan
; menenggelamkan tubuhku.
aku masih
menyaksikan detik-detik itu.
Hanya Batu
tubuh
hari-hariku tak lelah miliki kesunyian
kemarau pun,
hilang begitu saja. bolehkahku bertanya?
di lorong-lorong
tua, dan ubin berwarna merah sekolah
di jam
pelajaran. mengenai kehidupan. bahagia itu?
tetapi dunia
ternyata sedingin salju, guru. Sebau bangkai.
bahkan kami
dipenuhi mimpi dan yang mencari
digerbang
jendela, denganmu titah langkah bersitatap.
aku membuka
sejarah hidupku.
dan tangan-tangan
jadi separuh mencari kanan
dan kiri yang
kerap kita sembunyikan.
batu yang
menangis
dan sebagiannya
hanya fana pada
kehidupan.
namun semua
begitu berarti, akan keberadaanmu, guru.
ada yang
mengajariku menjadi manusia bukan batu.
2011
Gelungan Matahari
: Mega
Fujalestari
wanita itu
sedang bahagia, begitu kukira.
wajahnya kadang
menampung cahaya
yang tiada
terkira. bersembunyi dalam lilin kecil.
hidup mungkin
gerak, dan usia adalah apa?
waktu masih
menunjuk diri, di jam siang
pelajaran hari
raya hapalan. tapi wajahmu
menunjukan muda,
bahagia, cinta, dan bagian
dari cita yang
sama ada di kita.
lampu tak
selamanya bersinar. namun
kerap senyummu
adalah gumpalan yang kusebut
gelungan
matahari. berbinar, begitu yang kudengar
dari hatimu.
2011
0 comments