Fiksimini

By Afrilia Utami - November 03, 2011

Suaminya hilang saat kerusuhan. “Mungkin ditangkap polisi, atau ditembak dengan banyak amunisi. atau barangkali terpanggang api yang membakar gedung-gedung konstitusi,” begitu kata orang-orang. Sejak itu istrinya selalu duduk termangu di beranda sambil menyiapkan kopi, hingga larut.

Bertahun-tahun kemudian para tetangga masih sering melihatnya duduk di situ, meski rumah itu sepi dan ia telah lama mati bersama secangkir kopi yang bening.


***


selepas fajar, anak kecil itu mulai bercerita. tadi malam ia menyaksikan seorang wanita membelah dadanya sendiri, kemudian darah wanita tersebut muncrat, mengalir hingga menyuntuh kaki anak itu. "aku senang kamu tidak jadi mati lebih lama" katanya. "Ini jantungmu, aku ingin masukan dalam toples lalu kumasukan kulkas, siangnya aku ingin pergi ke museum" dia membisikan itu di telinga kiriku.

***

di dalam ruang begitu dingin, sebutir salju melayang jatuh di jari tangannya. Ia berteriak gembira. "hari ini saya dapat merasakan dingin!" setelah dokter itu menyuntikan jarum panjang ke jantungnya. "ini adalah yang terakhir kali, aku gembira ada salju dijariku" lanjutnya, ia pun menutup mata dengan salju yang tersenyum di wajahnya. 'saya masih membayangkan bunga sakura dimusim semi'

***

"kadang sepi itu ...
seperti nafas ini." dia pergi seraya berjalan meninggalkan tubuhnya.


via my account (Facebook)

  • Share:

You Might Also Like

0 comments