To :
Assalamualaikum,
Khaifahalluk, Akhi?
Dari rentang jarak, semoga Akhi selalu dalam lindungan-Nya dengan dekat, dari dekap terapat. Dan cahaya-cahaya yang membentang indah mengalungi ikatan rindu dari busana usia, jiwa-jiwa dari yang bernama cinta dan keyakinan. Semoga hari yang fitri, mengembalikan kefitrian kita di dalam dan luar.
Akhi, di malam ini, gelap langit melengkung. Nyala kembang api mekar di atap angkasa. Seperti tahun-tahun lalu, namun hampa ikut andil di antaranya. Aliran air yang jatuh dari awan-awan yang lelap, memperhatikan Ana yang sedang berbincang dalam hening, dalam harapan yang tengadah. Dari gigil ujung bulu, reaksi kimia di tubuh. Di sini, tidak seperti sebelumnya. Ketika Akhi ada bersama dalam satu wadah. Hari ketika Akhi selalu mengajak Ana, untuk duduk di atas rumput hijau tanpa sehelaipun tikar. Memang dingin, tapi tak sedingin ketika tidak ada Akhi memimpin alur mudik bintang-bintang di atas cermin telaga, sayap-sayap mata.
Dari lipatan kertas, yang sempat menuliskan cerita kita, bersama. Ana tinggalkan dalam kotak dengan penuh lampu-lampu berwarna matamu, lalu dikuburnya diingatan dari do’a-do’a yang terlahir, setelahnya. Tulisan kita belumlah terbaca oleh angin yang dibawa raka’at pengantar sunyi. Baris-baris yang membentuk raut laut, dalam-dalam menenggelamkan asa yang memberhentikan gelombang, dihuruf-huruf yang Akhi tuntun sebelum terbawa oleh buih-buih kecemasan.
Dalam sujud, dari relung nada-nada kedamaian. Ana selalu mengingat Akhi, dengan lembut dan syahdunya membaca surat-surat Tuhan, Kalam-Nya. Ana titipkan do’a yang pernah terdesir melalui hati yang bergenggam. Yakinlah, Akhi. tentang kebahagiaan yang diciptakan dari dalam nurani dengan keteduhan-Nya. Dari dengan cara yang telah Ia siapkan, dengan penantian dua senyuman yang menghadiri pertemuan. Menghapuskan sejenak kerinduan.
Akhi, Janganlah bersedih..
Ana selalu dengan karena-Nya.
-Insya Allah.
29 Agustus 2011
0 comments