Sebelum Pada Malam

By Afrilia Utami - December 01, 2010


seperti malam sebelumnya, bukan?
menikmati keramaian perorang, jauh dari lebihnya tawa juga hujan airmata tumbuh dicermin sebuah senyuman yang mungkin hanya salju palsu,  lebih dingin kurang dari sekedar bara merah, dan tak sesengat belerang dalam letusan sebuah kawah.

masih tanpa bintang-bintang dijendela sebelah sudut kanan kamar. Tempat biasanya kaumengenalkan ku pada angka-angka untuk sekedar membilang, sebuah perhitungan yang entahlah sampai kapan akan terselesaikan. Pada bulan yang menggantung ditihang cemara itu, aku menitip sebuah cahaya dari beberapa kunang-kunang yang pernah mendatangi diamku. Aku ini terlalu dingin dari sebuah suhu di kutub utara, hingga berapa tebalnya sahara untuk hangatkan bekuan itu malah sempurna membuat monument Monalisa tanpa tawa, kemarau airmata.



pada malam diladang seramai padam
dan lampu-lampu juga suara jangkrik. yang
sudah lama hilang dari laci langkah-langkah
petani. lumpur air ini. hanya abu dan debu.
menunggu kabar berduka tawa. menanti sebuah
malam tanpa asa. memutuskan usia

12 November 2010

  • Share:

You Might Also Like

0 comments