Dalam Dada Watu, Bersamamu. Ibu.

By Afrilia Utami - December 25, 2010


: Didedikasikan untuk para Wanita yang telah berjuang hebat melahirkan pejuang-pejuang baru

Hari ini aku datang ibu..
Tak ada suatu yang istimewa yang kubawa. Hanya serangkai bunga-bunga, beragam rupa dan warna. Pula, sebuah kotak terbungkus kertas bermotif batik. Tetapi aku membawa sesayap rindu dan cinta untukmu, ibu. Izinkahlah anakmu kembali, mencium telapak harum syurgamu. Tempat keabadian akan bahagia hanya tercipta. Tidak akan ada gerimis batin, yang ada hanyalah menunggu lilin-lilin kecil yang mengiring cahaya indah dari kilaumu. Ibu, bolehkah aku mendapat ciumanmu dikeningku kembali? Aku tidak malu untuk mendapati kehangatan kasih itu darimu, aku ingin mengulang beberapa slide masa kanak, masa di mana aku mengenal apa itu sebuah cinta yang tumbuh dalam rahim usia.


Sesaat aku ingin menatap pelan bagaimana hari ini engkau terharu, sudah kukatan beberapa kali. “Hapuslah airmatamu, Mam. Kaka ada di sini. Kaka hanya ingin melihatmu bahagia tanpa airmata yang bandang.. selamat hari ibu, Mam.. Jangan lupakan anakmu ini. Anakmu yang tega meninggalkanmu jauh. Tetapi nyatanya Mamam selalu ada menggelung dalam kalbu anak-anakmu.”

Namun airmatamu menolak tuk surut, dan di sana aku menjelma menjadi sekotak sapu tangan, yang menyapu luruh linangnya mata air mutiara yang basahi kedua pipimu. Di beranda airmatamu, airmataku ikut serta mengalir. Dari yang paling kanal hingga mukjizat. Lalu, kau mencium serangkai bunga yang beraneka indahnya. Kau ciumi bau kecantikan yang ditawarkan. Namun, tetaplah di tatapanku kecantikanmu tiada merubah, semakin menjadi sang Surya dalam detak detik nadi.

Engkau simpan serangkai bunga-bunga itu dengan sangat hati-hati dan kau pula yang tanamkan tempat bagi mereka untuk berbagi warna, berbagi indah yang meraba lekak-lekuk jiwa. Aku masih bersarang dalam betapa ada ketulusan dan kelembutan seorang wanita padamu, aku masih ingin hangat tertidur manja dikisah pangkuan hangat yang tak terputus, dalam pangkuan cintamu. Dan aku masih saja terkagum. Dialah ternyata ibuku yang mengandung kehadiranku dalam rahimnya selama Tujuh bulan, yang memberikan nafas usia di dunia ini, mengajarkan bagaimana ada kata untuk berbicara, bagaimana ada sebuah impian dan harapan yang kembali pada sebuah keyakinan, kepercayaan. Optimis. Ibuku ini semakin hari, semakin cantiknya tersirat, semakin besar jasa-jasa yang tak tertakar kian kekar berada pada di mana aku sekarang.

Dari pelukanmu tadi, setidaknya aku masih merasa bahwa ada cinta untuk aku mengenal ada pada kebahagiaan, saat aku berada dekat denganmu. Seperti saat-saat ini, dalam erat dekapanmu. Aku tidak lagi menjadi mayat-mayat beku, Ibu.


“Selamat hari ibu, Bunda”

bukan saja hari ini kartini
tapi tiapnya langkah
yang lahirkan nafas-nafas cinta
adalah di mana aku mengenalmu ..

Love you, Mom ....
22 Desember 2010

 ·  · Bagikan · Ha

  • Share:

You Might Also Like

0 comments