Jembatan Rindu

By Afrilia Utami - December 25, 2010


 Ada gambar airmatamu
Menitip titip rindu biruku..

Aku mengingatmu. Saat tiada lagi kata untuk aku berkata, sesaat setelah bebutir gerimis basahi senjaku. Kita terduduk bersama di sebuah tepi sungai. Kaki-kaki saling mendaki di keciplak beningnya mata darimu. Melawan kuat arus dengan loncatan sang Elang, seraya mengenang semasa bocah yang tinggal menjadi sejarah dan bertutur asam, manis, masamnya waktu. Tak sengaja kita terlalu dalam bersenandung pada bebayang senja hari ini. Langit mengirim rintik-rintik, jatuh pada lekak-lekuk tubuh. sebuah pesan termagis..


Di atas jembatan, kita berjalan. Bersama menghitung berapa lama hembusan angin memporak-porandakan luruh gusar yang berputar-putar. Sebuah lampu pijar menyala, tetapi ada yang lebih menyala di sampingku. Bukan pada lampu itu, mungkin dirimu. Cahaya mana yang akan tampil ketika gulita tak berlatar?

Pada saku-saku fosil waktu lalu, aku masih mencari berkas-berkas beberapa nama, suara, wajah yang enggan menghenti, seperti iklan-iklan seksi pada layar televisi. Memanggil-manggil, menuntun perhatian. Sebuah sketsa pernah kulampirkan di antaranya. Bilakah semua ini akan melupa juga, haruskah lebih banyak sekedar mengingat. Tanpa masuk lebih dalam pada paham apa yang bersama kita inginkan?

Setiba kerinduan ini,
Ada sebuah ingatan kecil
Tak berkesudahan
Sebuah nafas yang pernah kudengar
Jantungnya menolak redup
Kemudian menuntun sebuah cara
Bagaimana kehidupan
Cukuplah dengan separuh airmata
Dan utuh setubuh senyuman.

15 Desember 2010
Afrilia Utami

  • Share:

You Might Also Like

0 comments