coretan lain -10

By Afrilia Utami - April 19, 2012


AFRILIA

afrilia, musim dingin ini terasa lebih karib
hujan-hujan kelabu. di tambah bau rum
dilapisan daging terluar.

matahari tua yang memanjat ke sejadahku
limbung berputar lalu berkutat pada serat ayat.
ke kota-kota sepi aku mengemudikannya seorang.
di antara lail-lail munfarid, kusebut engkau berulang.

suara hijau musim dingin bertaluh-taluh di pekarangan
deras calon anak kita kehujanan lama di luar berjemur.
perahu yang datang, membelah jarak kau dan aku
mengajak kita membungkus daratan ke dalam usus muara
kau satu, aku satu, dua yang satu.
darahmu, darahku, sengalir dalam cinta.

semisal kau yang kini pergi dalam hening abadi
aku akan berpura hidup di lenganmu yang sunyi
sebelum legam itu terbelah lebih banyak bercabang.

satu waktu kulihat
utopia-utopia yang sering bermunculan sebelum wajahmu.

2012


KEPADA UTAMI

kubariskan puisi yang telah tercecah, utami
seperti ayah yang baru kehilangan bayi
amat mendera dalam gema, hilangmu.

air mata yang memenuhi pantai asin
berpendar dalam luka dalam. titik skak!

kepadamu, utami
kutuliskan puisi di bulan april yang beku
senyummu yang tak terlihat lagi. 
semenjak pergi ke langit yang angkuh.

malam-malam di sini tak lebih cantik
tatkala kuingat kaca besar dengan limpah cahaya,
rumah-rumah dengan lampau kenangan. 
aku ingat itu, diri yang duduk di serambi, menatap-
benda-benda galaksi yang murung kesepian.

kepadamu, utami
adalah nisan bertuliskan engkau
aku sengaja banyak menumpukkan mimpiku
di atas dinginnya ukiran namamu.

2012

AF

apa yang tak terlihat setelah engkau membuka
perlahan di dalam rahasia seorang yang terluka?
usia yang dilipat-lipat bagai parasut
yang sudah mendarat ratusan kali.

kau yang suka berada dalam bahasa
apa dunia dan bola bumi serta apungan-
awan-awan mendung yang terbakar?

di negara yang amat mistis ini, af..
lempengan tanah yang makin berselisih
dan politisi yang kian ringkih

namun,
 idiologiku adalah "aku mencintaimu" 
untuk sebuah wajah masam, dan rambut
yang makin bergugur. menumbuhkan
seribu rambut yang terus subur.

sungai yang bergantung di matamu
adalah tempat belahan-belahan hutanku hidup.

2012

  • Share:

You Might Also Like

0 comments