coretan lain-

By Afrilia Utami - June 14, 2012


SEPU 

tiap rumah menutup celah jendela ketika rembulan mengancam
kau tiup lilin dengan lesap dari langit yang mendentam
malam sesudah kau lepaskan kecupan pada liur pejaman.

hutan-hutan dari dada menuju timur
seperti kaki-kaki domba memakai tapal kuda
berlarian satu dan lain menuju ilalang
dan sungai-sungai ditepian hilir.

kau ciumi lagi tubuh yang baru terbangun
dari bau bahasa 
bau embun dan hujan
seperti membaca sebuah pesan..
saat lahir kerinduan dari hentakkan pejuang

kau tiup bibirku, dengan merah doa-doa panjang
dan lagi lorong-lorong tengah melaju menuju makam.
kita jadi di antara ruang kedua
ada banyak lukisan diam di dinding bisu
tapi satu lukisan memiliki jalan sejarahnya sendiri
2012

PEKAN LUKA 

Ada Kekasih diujung lembah biru dadaku.
Matanya hening, kata-kata tepian beriringan.
Aku jadi leluka lagi yang berderap dengan luh..

Aku ringkik, menyusulmu -
dengan peluru di tangan kiri

Jari-jari liar ingin mencekal dirimu di lain jalan.
Aku tak seharusnya hinggap di tanganmu
Mencuri cahaya bungur yang berlimpahan
Seperti guyur hujan sore tadi.

Biarkan, aku menjadi musang kecilmu
Menggantung di pohon bakung, dengan cerry merah
Di tangannya yang suka basah.

2012


SURAT SUNYI

Aku ingin kembali ke dalam surat-surat suci
Saat kesiap hati bertuan pada Tuhan.
Kisahkan kembali mengenai perang Nahkla
Aku ada di di antaranya, dengan ranting -ranting tua
yang patah dari induk batangnya.

Bila musim kehidupanku berakhir, tabungkanlah doa-doa lagi
Agar aku dapat dalam menyaksikan kehidupan intim
Apa yang lebih dingin, lail-lail berupa lubang syurga
Jarak selentur kayu kahya, yang terus menuju ke atas.

Tinggal sebentar lagi, 
Aku akan pergi menuju masa yang penuh sunyi..

2012

PETAK

Orang-orang dari timur berkumpul
Membuat banyak petak kehilangan tempat

2012 

SU

dan guruh berkejaran dengan guntur dihalaman wajahmu
langit kala itu merendah, dan kau suka berpangku padanya
dan awan bergetar, dan angin putting berdatangan ke kuil-kuil
yang bertahan di aula dewa.

entah di mana, dirimu berada dengan setumpuk gelisah
yang selalu kita tulis diam-diam ke sungai yang dekat muara.
orang-orang bersenjata mendekat, mencekal botol bekas wine
dan surat-surat di dalamnya.

selama itu bintang-bintang jatuh dari tempatnya
mudah berguguran di malam-malam yang agung
entah suara itu jua yang memanggilnya turun
atau mata yang mengigau masa yang berlalu.

harimau kembali ke tanah
gajah kembali ke tanah
kuda kembali ke tanah
kucing kembali ke tanah
ikan kembali ke tanah
pohon kembali ke tanah
bunga kembali ke tanah
debu kembali ke tanah
air kembali ke tanah

aku juga kau kembali ke masing-masing jalan
yang sendirian.

2012

END

sepasang manusia sedang membicarakan
hal lain yang lebih hijau dari demokratis
sepanjang ribuan kematian; tahta tua.

di lain waktu tak ada lagi yang bicara
air mata menyusutkan tawa 
yang telah lama terlupa
yang membentuk, kata, kata...
kematian betul-betul bagian dari ada.

2012

DI

baru kutemui sepatu DI berdiri di samping sinden
dan dalang, diam-diam menertawakannya
sambil berkata, "Mau apa kau ke sini?"

demikian wayang arjuna memberinya salam.
seseorang telah menyimpan
wayang yang telah diambilnya.

2012

LOT

tidak akan ada
yang menjadi aku.

jiwa-jiwa dalam suwung padi
jiwa-jiwa yang lama dibawa-bawa angin.

aku. aku?
apa aku yang seorang mengepal lubang penuh meradang?

tidak akan ada
yang menjadi bahagia
yang satu tersisih
dan gelap sendirian.

-

dia tertawa di atas bangku, dua rukuk ruas jari di seberang sumur belanda.
tidak ada yang tahu benar. apa yang ia lakukan sendirian dengan batu bisu.

-

  • Share:

You Might Also Like

0 comments