coretan lain -8

By Afrilia Utami - April 17, 2012


15 April 2012
14.21 WIB
Af-

SENDIRIAN

kehidupan berpindah dari keberadaanmu.
angin kudus yang melipat dua wajah berbeda.
menapikkan sayap burung yang ingin pulang
kembali ke pohon tinggi. menunggu telur
                                                     .. menetas

tempatkanlah lama cahaya yang membisik-
penuh mesra menusuk mataku.
agar kursi di hadapan tubuhku
                         ...tak lagi kosong
     mendiamkan luka yang tak bicara.

2012

HUJAN TUA

cukup lama hujan mengguyur tubuh kita
di atas trotoar jalan ditemani PKL.
di balik hujan ada gelaga yang menjuntai
mata seseorang yang suka memandang
                                          ... penuh helam.

sering kulakukan tangan kaku tuk menulis
tergelak dan nyaris patah di atas kertas.
setiap hujan tangan terbiasa memanjat
ingin menyentuh kebersamaan -
                   ...  hujan tua yang belum menutup.

2012

ORANG DENGAN KOLOR SAJA

cuma sedikit aku perhatikan orang-orang
cuma sedikit aku melihat jam-jam di depan-
toko dengan dinding warna warni 
kehabisan senyuman.

kemarin sore, satu orang itu mencuri mataku.
rambut hitam yang sedikit panjang menutupi pundak
dan nafas-nafas kata yang amat lama lesap
seperti asap rokok menuju hutan, menuju pemakam
menuju tempat ibadah dengan air mata kerasa.
kolor itu dari rumah sakit seberang jalan alun-alun
ada nama rumah sakit, dan tulisan
"hati-hati orang berbahaya, mudah terjatuh!"

2012

PUISI MISTIS

sudah kubaca buku puisimu, Man.
shaf kata dari tangga takdir manusia.
sebait saja puisi yang nyaris mati
seakan meluapkan air yang jatuh
dari langit suci tingkat tujuh.

di dalam bunyi dan arti sunyi
yang memanaskan ujung penamu
yang melukai tubuhmu
karena darah itu lama beku di sana
menggumpal-gumpal 
hampir membentuk janin.
dan halaman penuh
yang piatu
ke entah yang semula.

2012

PENUNGGU

sebelum magrib tiba dengan malaikat yang berdampingan.
kudesirkan sesuatu bagai pasir kering yang menunggu
lama menikmati gersang. karena kekecewaan terlahir.

mengapa tak urung di sini?
memapah langkahku
agar aku bisa berjalan
dan pulang ke alamatku.

mengapa ada noda dalam janji kita?
yang melarang lama, aku!
sebagai penunggu dari senyap abadi.

2012

CERITA LAMA

langkah yang tertera, dan bau hujan yang belum selesai. Meliput banyak keranda yang menuju tanah tua pada kemuning senja yang bersilangan di kolom-kolom koran kadaluarsa. Lama aku berpura, seolah tak menunggu siapa pun dalam kebisikan plaza ini. Mulutku memang bertahan menulis dan menggambarkan anak-anak yang lama kelaparan karena tidak dapat makan.

Tidak perlu aku banyak bertanya, mengapa lagi kau tak datang, lantas sore ini jadi amat dingin. Meski jam-jamku telah terbubuh di mari, di antara ramai manusia yang asyik bersenggama dalam peram fatamorgana. Dua gelas melon, telah habis karena haus. Menunggumu dalam mimpi-mimpi yang renta. Kesendirianlah adalah kenyataan karib dalam masa setengah masa. Kau telah paham, aku tak suka pura-pura jadi kebisuan. Ya, kau menuliskan janji  di atas tissue "aku menunggumu di gedung no. 101 pinggir pasar lama.".Di tempat paling terasa sunyi dan asing. Lantas tissue itu warnanya jadi tak polos putihnya, ada darahku di sana juga, ketika aku tunggu kau datang menolongku. Mengajakku duduk, di sebuah kelas. Mengajarkan inilah kehidupan, sebelum inilah keberakhiran.

Lama aku berjalan sempoyongan, seakan melayang diantarkan udara. Jalan-jalan mulai tak rata. Dan bagian tubuh lainku lama tertinggal di tengah masa silam, sesaat dua gelas melon tak tersisa, hanya gelas dengan darah bertuah.

terima kasih,
kau membuatku 3 jam terasa sia-sia.

2012

  • Share:

You Might Also Like

0 comments