Cerita Malam

By Afrilia Utami - April 17, 2012


Melangkahi jembatan pada malam-malam yang akan sirnah kemudian, dan berganti pada lain malam. Kau di mana sosok ribuan kecil titik cahaya yang mengapit lentera di ujung gulita? Pernah kita habiskan malam, berdua dipinggir pemakaman. Memikirkan masa depan, dan di mana kelak kita akan berada. Suwung bunyi seruling itu terdengar lagi,permainan hatimu dengan sentuhan nafas yang melalui lubang dan celah-celah. Nada-nada kecil yang kau mainkan di mataku, berloncatan bagai ikan kecil yang berkeciplak penuh semangat.

Jalan-jalan di dalam kamarku penuh dengan putaran dan belokkan serta gang-gang kecil. Tapi lampu-lampu yang berbeda seolah kutemui sama, hanya ada satu jenis cahaya yang beku di dalam kantung hati kecilku. Bulan yang hadir kerap membisikan suatu hening yang cerah di tengah gempita dingin dilindungkan oleh angin yang suka menusuk arah.  Malam ini, aku di sini. Aku tumbuh dengan sunyi, tapi tak mau mati dalam sepi. Api-api kecil yang kerap kulihat di dalam hari ketika ada beberapa kembang api yang berwarna-warni, menyala-nyala seakan itu matamu. Dalam perayaan hari raya hapalan, hari raya ketegaran, hari raya kesunyataan.

Aku tuju beberapa mimpi di langit luas sana, altar pernikahan antara malaikat di atas awan-awan. Kita pernah sempat bersua tepat saat malaikat mengetahui ada cinta yang baru kita petik dari langit, negeri pada malaikat dengan sejuta indah yang bertasbih. Keheningan ini, umpama jambu yang telah merah dan harum baunya. Tapi ia tak pernah membusuk, karena kita sebut itu yang abadi kedua dalam hidup yang tengah menari-nari dan melangkah untuk berlari dilalu waktu. 

Malam ini, aku merindukanmu juga. Duduk dengan sunyi yang kita miliki bersama.

  • Share:

You Might Also Like

0 comments