LONCENG CENGENG
Kerap lonceng tua di dalam menara yang tangguh
Berdering. Memiliki bunyi yang paling genting
Setelah perang salib berakhir lebih awal
Dan santa yang tak pernah datang
Terkubur rata bersama lonceng
Menara tua yang kesepian.
Mereka pergi dari langkah ke langkah
Dari serapah ke serapah, melewati jembatan.
Tetapi tak ada api yang mudah padam
Di atas lilin kecil. aku ikut bernyanyi tentang api
; yang mulai membangun tubuh-tubuh baru
Dalam kematian yang baru pula. lonceng bergantian
Menyala-nyala dengan air mata.
2012
----------------------------------------------------------
KATUP
Pintu yang menutup.
Segelintir orang di luar menyuapkan makanan basi
Matahari tak melengkapi semua yang gulita ketika malam
Ada jam-jam yang mati. Tumpul memutari suram kehidupan
Tapi aku ingin di sini saja denganmu, berbicara tentang kematian
Yang kita saksikan dengan pelan-pelan. Di sini saja, kau cukup
; Menemaniku.
Udara masih malas, sekedar memutari hidung ke hidung.
Bulu-bulu telah gugur, sebelum kemarau panjang datang.
Tapi kau cukup di sini. ikut bercerita tentang hari kehidupan.
2012
----------------------------------------------------------
USIA BUKU
Biarlah buku-buku mulai bercerita tentangmu dan aku
Meski halaman tak pernah cukup menampilkan lukisan berdua
Setelah epitaf-epitaf terpanggang dan sebelum terjilid ring besi
Biarlah, aku akan tetap menulismu. Setelah gelap sempurna tiba.
Dan angin tak pernah bisa menebak di mana arahnya berlalang
Nafasku sudah pendek membungbung ke anak Rinjani,
Dan dadamu telah gugur seperti bunga sakura di musim salju.
Biarlah..
Biarlah, kita saling bersua dalam imaji tanpa memilih untuk kenyataan
Saling memiliki kecupan dari dalam buku. Aku tak mengulang kematian-
yang sama pada kata-kata yang bercecer kaku setelah dilahirkan.
Kita tak perlu pantulan warna dari dalam, bahkan cahaya yang menyilaukan.
Aku ingin mengajakmu tenggelam bersama usia buku yang kita,
; yang berdua dipasangkan.
2012
---------------------------------------------------------
0 comments