Kelak Untuk Imam-ku

By Afrilia Utami - January 21, 2012



Bissmilahirrahmanirrahim..

"Aku tahu rizkiku tidak dimakan orang lain, karenanya hatiku tenang. Aku tahu amalan-amalanku tidak mungkin dilakukan orang lain, maka aku sibukkan diriku dengan beramal. Aku tahu Allah selalu melihatku,karenanya aku malu bila Allah mendapatiku melakukan maksiat. Aku tahu kematian menantiku, maka aku persiapkan bekal tuk berjumpa dengan Rabb-ku." (Hasan Al-Basri)

khaifahalluk, Akhi? Jagalah diri Akhi untuk Ana.

Perlahan waktu menuturkan kisah-kisah tertentu. Tak selalu tentang kesibukan, dan cara menjawab pertanyaan. Tapi Ana bahagia, Akhi. Bahkan sebelum Ana percaya akan kehadiran cinta yang suci, dari-Nya, Akhi. Secara perlahan, Ana menemukan potongan-potongan makna kehidupan ini.



 Ana selalu melihat kutipan yang tersimpan dalam buku harian. Kutipan terbaik yang dapat membuat Ana bangkit saat sakit, membuat Ana lebih kuat ketika sehat, membuat Ana tak segan menjadi pemimpi yang rajin menuliskan mimpi-mimpinya di luas langit, bahkan di atas air sekalipun. Cinta yang tak pernah terhapus ketika nafas masih membumbung di udara. Indah sekali perkataan Ustadz Salim A. Fillah ini,
"Dalam dekapan ukhuwah, kita mengambil cinta dari langit. Lalu menebarkannya di bumi. Sungguh di surga, menara-menara cahaya menjulang untuk hati yang saling mencinta. Mari membangunnya dari sini, dalam dekapan ukhuwah. Jadilah ia persaudaraan kita; sebening prasangka, sepeka nurani, sehangat semangat, senikmat berbagi, sekokoh janji.. Dalam dekapan ukhuwah, Aku mencintai kalian karena Allah.."

Akhi, mengertikan? bahwa manusia selalu inginkan yang terbaik bagi kehidupannya. Dan menjadi selalu lebih baik, dalam setiap pertambahan waktunya. Begitupun dengan Ana, Akhi. Ana berharap kelak, suatu masa yang belum dapat Ana terka. Ada, Akhi. Setia membimbing Ana untuk melangkah lebih baik, menuju pintu Syurga. Sebelum kematian, kita akan menciptakan banyak keindahan di bumi dengan cinta yang kita ambil dari langit itu.

Ana berharap, Akhi dapat bersabar. Dari sepanjang jalan-jalan dakhwah, dan pencarian ilmu-ilmu baik kehidupan maupun akhirat. Dakhwah pun itu cinta, dan usaha dengan cinta dan keikhlasan, agar senantiasa berada di jalan dengan cahaya-Nya. Akhi, Tetaplah membudayakan bahasa nurani. Tetaplah Akhi merekam perjalanan-perjalanan Akhi. Hingga sampai pada akhirnya, Ana akan menagih catatan rekaman itu sebagai maharnya.  Jagalah pikiran Akhi, pandangan, hati, jiwa, dan perbuatan, Akhi.

Tidak akan ada yang sia-sia dari cita-cita, dan kehidupan di bawah naungan Al-Qur'an dan As-Sunnah. Nilai seseorang sesuai dengan kadar tekadnya, ketulusannya sesuai dengan kadar kemanusiaannya, keberaniannya sesuai dengan kadar penolakannya terhadap perbuatan jahat dan kesucian hati nuraninya sesuai dengan kadar kepekaannya terhadap kehormatan dirinya. Tiba-tiba Ana ingat kata-kata itu, 'terhadap kehormatan diri'.  Kebenaran tidak diukur dengan banyaknya orang yang mau melakukannya, namun kebenaran adalah apa saja yang mencocoki Al-Qur’an dan As-Sunnah dengan pemahaman salufus salih.

Bimbinglah langkah, Ana kelak ya Akhi...
Ana ingin selamat dalam kehidupan yang segalanya fana ini.

Syukron, Akhi telah banyak mempersiapkan diri untuk masa depan.
Ana, bangga Akhi tak pernah banyak menjanjikan sesuatu
namun Akhi membuat penegasan, karena cinta, karena waktu
Kelak kita akan bertemu, tanpa lagi yang harus disembunyikan

"Karena Allah, aku berani mencintaimu. Bahkan sebelum ketika aku membisikan langsung. Allah telah menitipkan pesan itu." 

  • Share:

You Might Also Like

0 comments