AFRILIA UTAMI
Nardrata
Tak ada yang paling mudah selain
tentang genting
setelah perang usai. Aku bebas melihat
nyawa-nyawa
pergi dari tubuhnya. Tapi mereka
sengsara -
ingin memakan masakan ibu yang
menunggunya
di rumah. Bukan di atas sana.
"Ini mudah sekali, ia membisikan
sesuatu
aku tidak bisa kembali kepada
ibuku." ujar Nardrata.
Di langit manakah kembali?
Aku dapat menemukan perang-perang,
bergemuruh
inginkan penyelesaian. Dan kemerdekaan
yang berlucutan.
Aku tak membawa nama negaraku
sekalipun,
aku hanya membawa jalan-jalan dan
rumah
nama rakyatku untuk berhak bersama
dengan bahagia!
"Ini mudah sekali, dari sini aku
saksikan
rakyatku sudah tak akur lagi. Dan ibuku
suka sakit-sakitan. Memikirkan mengapa?
Aku mati lebih cepat. Sebelum
kebungkaman" kata Nardrata.
2012
-------------------------------------------------------------
KABAR
Kabar pertama wahyu itu terbang jauh di
sana
diantarkan air, memenggalkan bunyi nun
lain.
Langit bertingkat-tingkat, disangga
alif tegak
yang terlalu sanggup memekakkan
dada-dada.
Yang sering memperdebarkan usia
peradaban.
Kabar kedua ada gerimis ditubuh-tubuh
yang senyap.
Memiliki kesepian yang tak jauh
berbeda. Nonsense.
Dan satu bulan berada tepat sejengkal
di atas kepala,
pantulan di atas cat air, di atas
kanvas, di atas kertas
mulai membentuk belahan badan yang
semakin jujur
polus, lugu, dan lucu. Cenderung mampu
mengapung
dikoyakan kenyataan, dan cara kematian
yang mandul.
Kabar selanjutnya, cenderung begitu
biasa.
2012
-------------------------------------------------------------
AYAM
Ayam berbunyi.
Si belang duduk setelah
mengoyak-ngoyakan sambuk kelapa.
Ayam berkeruyuk lagi, karena
matahari seakan lebih dekat
dari jarak planet sebelum bumi pada
putaran yang berbeda.
Pagi tadi bubuk padi pun dibagi.
Kecil-kecil sekali.
Ayam kelaparan berkali-kali sambil
kepanasan.
Dia lalu berkata seperti manusia dengan
bahasanya.
"Kalau kamu tak percaya dan tak
sayang
Sama saya. Saya akan kurus terus, lalu
kecil.
Untuk apa ikut pelajaran saya?
Lebih baik keluar saja!"
2012
-------------------------------------------------------------
NARAIN
Sebetulnya sudah banyak yang hendak
kutulis
Ketika terkena luka parah, dan lima
hari tak makan nasi
Entah apakah ada begitu banyak lubang
setelah hujan deras?
Tak satu pun syetan tahu, ia masuk
dalam kata
Tapi aku ingin jadi huruf kecil saja
dalam ulangan-
Harian dengan nilai kebenaran yang
selalu besar.
Sekarang aku mau buat sajak-sajak
percintaan
Pada kehidupan yang akan segera hancur
Karena tuhan tak ingin pulang, dan
berkelahi -
Dalam kesadaran.
Dua hari tak makan dengan kehidupan
Banyak tubuh kaum agamawan yang hancur
Tertangkap ABRI. Apa yang pertama kita
lihat?
Sebetulnya sudah banyak yang hendak
kutuliskan.
2012
-------------------------------------------------------------
LUKISAN
Mari ke sini, Manisku
Setelah kita jenuh bertanya-tanya
tentang tujuan hidup dari pertanyaan.
Mereka yang pernah bertemu, membakar
rambut
masing-masing secara bergantian.
Kita tak pernah membakar apa-apa,
tak hendak menggosongkan apa-apa.
Ke sinilah, Manisku
Kita saksikan mereka yang tegak ke
angkasa,
menembus jari air yang jatuh dari
mendung awan
yang pernah berdekapan.
Tapi kita tak tahu apa-apa,
tak hendak meninggalkan apa-apa.
Manisku
Aku duduk di sampingmu, juga denganmu -
Di sampingku. Tapi kita bosan
membicarakan
"Aku ingin mati sebentar
saja", dalam sobekan kata.
Maka hidup yang sejak semula adalah
hempasan.
Lukisan yang sudah ada pada awalnya.
Bukan apa-apa.
2012
*terimakasih, Gie.
-------------------------------------------------------------
0 comments