love you, dad..

By Afrilia Utami - July 06, 2012


: my dad

bukan dari balik kota tua ini. aku melihat wajah tuhan begitu dekat memanggilku ke arah sana. ke arah yang berlawanan dengan kakiku yang sedang melangkah ingin ke kolam taman, ayah. menemui ikan-ikan kembali. namun, tangan-tangan yang sunyi terus saja berjalan membopong tubuh anak perempuanmu. melewati kolam taman itu. aku juga berjalan begitu jauhnya, lama di jalan. dan tak tahu lagi ke mana aku harus pulang. ke mana aku harus menemuimu? tapi inilah sunyi yang diam-diam menemui jiwa-jiwa yang senang mengintip di samping jendela sore, aku memimpikan kita bahagia bersama seperti dulu. dengan sepasang matamu dan ibu yang sedang terpejam sambil tersenyum mesra.

aku ingin masuk. mungkin aku bisa, dan mungkin ia tidak akan marah mengetahui aku berada di sana, dekat-dekat dengan sunyi dalam pembaringan. aku berpikir kembali, dari jendela minim sini saja. tapi itu senyuman pasi, aku melihatnya terpaksa tersenyum. itu airmata kubilang, tapi tidak ada yang tahu. hanya aku. dan ayah yang pura-pura tidak pernah menangis dihadapan putrinya.

aku bilang padanya, jangan marah jika aku menahan diri lagi di jendela kecil depan pintu. tanganku sudah basah dan lebih tahu di mana mulai percakapan itu terperangkap. aku baik-baik saja dengan begitu, sugestiku seperti itu. saban lama, aku memikirkanmu, ayah. berusaha beranggapan kau baik-baik saja, dan sedang tersenyum menunggu kepulanganku. tapi itu tidak bisa, aku tidak bisa berkata demikian. mengatakan bahwa aku telah berbohong pada wolfgang. padahal aku masih ingin memaikan tuts piano untukmu.

lama aku di sini, menjelma jadi patung yang tidak dapat berdiri. seperti patung biasa yang kaku dan tak dapat bergerak. hanya jadi bisu. aku harap ayah tidak begitu, kita tidak terlahir untuk menjadi bisu. hanya saja kita saling tahu cahaya bersimpangan di dalam katup mulut yang kita kunci.

aku ingin menemuimu, kita bersama seperti waktu-waktu dulu.


love you, Dad...

  • Share:

You Might Also Like

0 comments