coretan lain-

By Afrilia Utami - July 06, 2012


05 Juli 2012
Afrilia Utami

Rindu Arus

malam ringkih dan gulingan tubuh-tubuh berepisode
adakah kecil saja sinar jatuh setelahmu, tiupan biru
usai cengkrama kita pada waktu dalam lipatan yang-
padat dan menyala-nyala, hidup terbuka, bibir penuh
dan lidahku kelu berulang mentasbihkan asma-Mu.

angin meniupkan bahasa bunyi karang yang rubuh dan terbelah
pulang pada kesenyapan puisi menuju ke atas dengan arang
gosong dan hitam. orang-orang mengaji tak henti-henti
dengan jubah yang telah sobek dan darah yang hangat.
pada pasir dan kerikil, batu dan air, daun dan tangkai
bergugur lalu hanyut dan kayuh perahu tak berhenti
menuju tempat lain, dengan sepiring air mata.

Hanya sebagai hujan, aku dapat kembali padamu
Pangkuan doa dengan dada-dada penuh susu
Yang dirindui anak jaman, setelahmu…

2012

Jauh

semakin jauh aku darimu, semenjak laut kita jadikan samudera
dan rebahlah wajah-wajah dingin yang menuruni anak tangga
dengan kemalangan yang bermacam namun serupa berdua-dua.

aku dengar hujatan bulan yang bernyanyi tentang malam
yang begitu minim dari aduhan bintang dari masa silam
benua ke benua, pedih ke pedih. dan kita yang bergerak pelan
menembus gugusan garis mimpi dan dunia alusi.

hitungan kesetiaan jatuh pada angka-angka
yang hanya berada pada almenak.
lalu makin menjauh
usia sepuh
dan duka
dan suara
dan derita
dan air mata
makin anyir di sepasang telinga yang terdengar manja.
Kalimat puisi, atau cerita tanpa narasi
Tuhan menanamkan
Kehilangan.

2012

  • Share:

You Might Also Like

0 comments