Coretan -

By Afrilia Utami - March 19, 2013


AYUNAN INI MILIKMU
Oleh Afrilia Utami
Kita telah lalui hidup ini
berdua dan sederharna menyusun mimpi
mengundang imajinasi dan skripsi para eksil.
Bagaimana jika aku hidup dalam serangkum tragedi
akan menangiskah engkau di sana, Kekasihku?
Suara plesit seorang polisi dan guru agama
yang pernah mengoyakkan kota kita di tahun '96
memberikan tanda di mata para tionghoa
meneruskan jalannya di sangkala merah-putih.
Kita tak terlambat menanam sukma
yang dibungkus hati para pendatang.
Jangan salahkan awan yang selalu memaduku
untuk melihatmu di kejauhan sana
di tinggi yang membedah sekujur rindu.
Kau menyukai sepasang anak kucing yang damai.
Sama sepertiku dan rasa suka kita juga sama
sepasang kucing yang kita sukai sedang merajut kisah
berduaan mengelilingi jalan-jalan yang pasrah
di masa pertempuran politik berguncang di nada minor
sambil bergantiaan, duduk di atas ayunan waktu.
Dan tanah bergetar, gedung dan gapura yang retak
tapi dada kita paling kekar memilih hidup sepetak.
selama kita punya sepi banyak sinar yang berguguran
entah apa yang memanggilnya turun ke samping-
pipimu yang semanis dan segempal madu.
Aku akan pergi ke tanah, Prajurit mudaku..
jangan tinggalkan air mata kering diplafon yang papa-
dengan api yang membakar kursi para fraksi yang dikasihani.
Kita akan mati, lalu menjadi unsur baru di tanah.
Sebelum aku mati, mati lebih dulu membisikkan inilah sejarahku.
Aku telah bahagia mengenang cinta sebagai manusia.
Aku telah lahir bersama cerita dan puisi di tanahku, Indonesia.
Ya, ayunan ini kini milikmu..
Aku taruh senyum dan namaku yang mungkin akan kau ingat lagi
meski hanya sesekali, mungkin berkali-kali.
23 Februari 2013

MATI
oleh Afrilia Utami
Kematian selalu setia menemani kehidupan
aku melihat banyak orang menampakkan peran-
peran di atas operet-operet berlendir berwarna merah.
Tuhan, kapan aku sampai pada-Mu?
Betapa takut aku dengar kematian dikibarkan dalam kabar.
Manusia memiliki hati untuk mengenal, hati memiliki air mata.
Aku selalu ingin kita ditempatkan jauh dari cerita sedih..
Kematian selalu setia menemani kehidupan
aku melihat hidup yang sementara ini makin menyempit
aku menemukan cinta yang nanap, luka di matamu-
menggoreskan tinta dalam aortaku.
Aku ingin berlari, tak mendengar kabar mati lagi.
Menyusuri tangga-tangga kecil dalam pikiranmu
Ada anak-anak dalam diriku yang terus bersabar-
menciptakan lagu-lagu baru menjelang hidupnya.
12 Maret 2013

Karenamu
oleh Afrilia Utami
Karenamu
aku ingin belajar menulis puisi paling keras
dari kepalan rakyat-rakyat yang ingin lepas bernafas.
Mungkin karenamu
dinding di depanku serupa raut yang bermuka banyak
menulis isi dengan tinta debu
keheningan roman masa lalu
dan imajinasi yang berloncatan dari cekung galunggung.
Tahun lalu bersamamu
aku menghias kertas dengan kata di atas
percikan api dari mimpi anak-anak
sambil mencukupi umur dengan gulali yang tak mau dilepas.
Dua tahun yang lalu aku akan meminta alamatmu
aku kenal senyuman yang di bawa Tuhan dari atas awan
yang dilingkari dengan mata-mata pujangga dermawan
rasanya tengah benar-benar aku rasai buahnya cinta
sejak aku belajar membuyung imajinasi ke selat asmara-
Tuhan dan segala kebijakan-Nya.
2013

BASAH NEGERIKU
AFRILIA UTAMI
aku selalu batal mengucapkan selamat tinggal
melihat orang-orang berpamitan menuju sangkar
menikmati cuaca makin hari, makin mawai
hujan yang datang deras-deras, banjir-banjir
orang-orang dipinggir mengemas basah.
kabut getir pelan-pelan jatuh di kota ini
meresapi api yang menjadi dingin..
orang-orang tersiksa di sana.
orang-orang merayakan pesta minuman air mata,
dihujati luka-luka yang lembek dan bernanah!
kenapa ada pertanyaan yang terputus di rel masinis itu
mereka lurus, bagaikan menuju jalan kepasrahan
acuh pada harapan. tak sampai pada imanmu.
ada manusia yang suka meraba manipulasi
ada manusia yang hanya hidup karena alasan kuasa
tapi aku tak ingin kamu seperti itu. mereka yang membalik
ke ujung perjudian. menggadaikan sebatang hidup kelik
di atas meja, di atas kecurangan, di atas segala yang buat buta.
ya, aku selalu gagal, sayangku..
saat hari-hari memerlukan dekapanmu
kau pergi lagi, memainkan putaran waktu.
dadaku membiru, sayangku..
kita tak pernah jadi berangkat menuju hujan.
2012

SERUPA RUPA
oleh Afrilia Utami
jika langit membuka gelapnya dari sangkar tipis
awan yang mengapung membuka telapak kecil
lalu mendoakan senja yang kita reguk dan kalungkan.
aku ingin kita sampai ke pulau baru
tempat banyak cinta berkembang subur di sana.
aku hanya memikirkanmu
aku hanya merindukanmu
ikan-ikan kertas yang kita tanam di lautan
mendapati gelombang yang kuat
sampai kita menepi di tempat luas
membuka kata terima untuk ketenangan.
mungkinkah kau benar-benar mencintaiku?
sampai aku benar-benar tahu,
kau mulai lupa pada namamu sendiri.
pertemuan kita berada di atas menara
dan kertas-kertas kering di dalam laci.
engkau akan berhenti mengirimkanku pesan
puisi pendek yang bertuhan
lalu akhir-akhir bertahun lebih cepat
tapi hati kita pelan-pelan hampa.
mataku untukmu, pasanglah..
jari-jari kita mulai membentuk umurnya
sementara di luar gerimis makin menipis.
setiap letak sudut hari ini dalam iklan komersial.
mengenal luka, suka, kasih, dan cinta ditayangkan nasional.
semua yang ada, yang pernah terpetakan
seperti perhitungan dalam rumus kalkulus.
dari bulan januari sampai desember
aku menunggumu bangkit
hidup membangun rumah mungil
hampir 495 hari, aku sampai di sampingmu..
17 Desember 2012






  • Share:

You Might Also Like

0 comments